Saturday 28 November 2020

WASPADA! KESELAMATAN BERLARI MENCARI SELAMAT SENDIRI!

 



Faktor keselamatan telah mulai diabaikan oleh sebagian orang. Padahal setiap waktu kita selalu bergerak mobilisasi kesana kemari. Hilir mudik untuk memperjuangkan banyak kepentingan seperti kepentingan perut bahkan keinginan untuk maslahat banyak umat. Berkendara merupakan wujud pergerakan manusia berpindah dari satu sisi ke sisi kehidupan yang lainnya. Secara fisik akan terjadi perpindahan tempat dimana manusia saling berinteraksi dengan kebisingan, lalu lalang, polusi di tempat umum yang tidak dapat dihindarkan. Harapan dalam setiap diri adalah keselamatan dan keamanan untuk mewujudkan faktor lain dalam kehidupan. Padatnya mobilisasi lalu lintas ini tak ayal dapat mengurangi konsentrasi dalam berkendara di jalan raya.

Faktor keselamatan yang mulai diabaikan oleh banyak orang, contoh sederhana apabila berkendara dengan jarak tempuh yang dekat mereka hanya berjalan apa adanya tanpa menggunakan alat keselamatan diri. Betul saja, Tuhan telah menjamin kehidupan manusia dalam kasih sayang-Nya. Tetapi manusia tetap harus bergerak dan berbuat memberikan persembahan terbaik untuk diri sendiri bahkan kepada orang lain apapun yang terjadi. Disini, kita sama-sama menyadari betapa keberhargaan diri sering diabaikan hanya karena mereka merasa kehidupan ini sedang tidak apa-apa dan baik-baik saja. Setiap waktu, berkendara ataupun tidak, sang maut siap untuk menghampiri dan menjadi teman terbaik bagi manusia.

Hal yang diutamakan adalah mengetahui dan memahami hakikat dari keselamatan itu sendiri sehingga manusia akan tergerak untuk melakukan sesuatu dalam dirinya dalam bentuk kesadaran dan bukan karena paksaan. Faktor x yang akan membuat kesadaran meningkat adalah meningkatnya pengalaman indrawi akibat sebuah peristiwa yang nyata terjadi disekitarnya. Misalnya mereka pernah mendengar kabar musibah dan duka akibat lalai dalam berkendara dari kerabatnya sendiri. Mau tidak mau, suka tidak suka, hal tersebut akan tertanam dalam alam bawah sadar mereka untuk diverifikasi oleh kemampuan akal, nalar, logika, jiwa dan rasa yang dimiliki.

Dalam kondisi terbalik, mereka akan menempatkan cermin sederhana dihadapan mereka untuk menatap kehidupan itu akan berharga jika mereka menghargai diri sendiri dimulai dari keselamatan. Setelah itu mereka akan melihat cara-cara untuk meningkatkan keselamatan diri dan terus berbuat lebih untuk diri sendiri. Jadi semuanya harus dipupuk dari dalam diri sendiri terlebih dahulu agar tertata dan terbentuk secara struktural. Jangan memanfaatkan keteledoran diri sebagai alih-alih alasan untuk melakukan pembenaran terhadap kondisi tertentu. Waspada dan mawas bukan berarti berpikiran negatif. Justru hal tersebut menjadi penjaga utama yang dapat dirasakan meskipun abstrak keberadaannya.

Mendasari dari segala kegiatannya, manusia cenderung memikirkan alat untuk melindungi dirinya dari marabahaya. Saat berkendara, manusia membutuhkan pelindung diri seperti helm, jaket, sepatu, masker dan lainnya. Kesadaran untuk menggunakan ini semua dibentuk dari dalam diri sendiri. Meskipun pemerintah telah menerapkan beberapa protokol dan aturan untuk para pengendara disertai dengan segala sanksi. Sudah barangkali hal ini efektif untuk meningkatkan kesadaran. Faktanya, meski dalam kondisi terpaksa mereka menggunakan atribut tersebut. Lambat laun keterpaksaan menjadi kebiasaan menerapkan protokol keselamatan diri saat berkendara. Sederhana saja, ketika hal yang terpaksa dilakukan saja akan menjadi kebiasaan, bagaimana dengan hal yang dilakukan dengan kesadaran? Apakah mungkin akan membuahkan hasil jauh lebih tinggi dibandingkan kebiasaan itu sendiri?

Dengan keselamatan itu sendiri mereka akan sampai pada puncak hal yang tidak terduga. Secara logis, jika dalam berkendara mereka merasakan keselamatan dan kenyamanan, maka manusia dapat menjalani rutinitasnya seperti sediakala tanpa hambatan. Hal ini tidak didukung dengan keinginan logis saja dimana keselamatan ini adalah faktor abstrak yang tidak dapat dilihat secara indrawi. Keselamatan selalu menaungi manusia dimanapun berada. Letaknya ada di segala arah dan segala sudut kehidupan. Jika alat indra secara fisik memiliki keterbatasan kemampuan, maka keselamatan dibantu dengan rasa, karsa, jiwa dan nurani mampu merasakan.

Hal sederhana yang mungkin kita rasakan setiap waktu adalah tentang kondisi psikologis dimana manusia merasakan kegelisahan. Kesalamatan didalam dirinya sudah berkurang. Didalam dirinya diliputi dengan rasa waswas dan merasakan hal negatif yang melingkupi sebagian besar kehidupannya. Keselamatan memang berwujud abstrak tetapi dapat dilihat akibatnya. Utamanya menghadapi pandemic seperti ini, dimana COVID-19 mengincar dimanapun berada. Faktor keselamatan bukan hanya sebatas menjalankan segala protokol kesehatan. Kepedulian terhadap diri sendiri perlu ditingkatkan karena kondisi mental down syndrome bisa menjadi bagian dari berkurangnya keselamatan terhadap diri sendiri. Tekanan mental dan ekonomi menurun, akan menurun pula keselamatan untuk diri sendiri. Menjaga keselamatan adalah perbuatan fisik dan batin. Sudah selayaknya dilakukan secara rutin. Jangan sampai keselamatan berlari dari kita mencari selamat.

281120

***


0 comments:

Post a Comment