Tuesday, 14 January 2014
Tuesday, January 14, 2014

ETNOSENTRISME DAN STEREOTIP ?

MASIH PERLUKAH ETNOSENTRISME DAN STEREOTIP?



Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi untuk proses pemenuhan kebutuhan hidup. Interaksi tersebut dapat diinterprestasikan dalam wujud komunikasi. Komunikasi akan berjalan lancar jika pelaku yang terlibat dalam komunikasi tersebut memiliki latar belakang budaya yang sama. Lalu bagaimana dengan yang berlatar belakang berbeda?

Indonesia adalah negara pluralistik. Bahkan semboyan negara Indonesia pun “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda – beda tetapi tetap satu jua. Indonesia dibentuk dari beragam suku budaya yang berbeda. Ada suku jawa, sunda, betawi, batak dan lain – lain.

Dalam realita kehidupan, komunikasi dilakukan dalam ruang lingkup keluarga. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu akan berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas atau jika dalam sosiologi sering disebut dengan istilah game stage. Dalam sosialisasi dengan masyarakat, tentu kita akan berjumpa dengan beragam suku budaya yang berbeda.


Diawal telah dijelaskan, komunikasi akan berjalan lancar dan efektif, apabila komunikasi dilakukan dengan latar belakang budaya yang sama. Contoh, seseorang yang berasal dari suku jawa, ketika diperantauan bertemu dengan seseorang yang berasal dari suku jawa juga, maka komunikasi akan berjalan efektif dan hubungan akan menjadi intens. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh field of experience (bidang pengalaman yang sama).

Bagaimana dengan komunikasi yang dilakukan dengan latar belakang budaya yang berbeda? Sebenarnya, komunikasi dan budaya memiliki korelasi yang sangat erat. Menurut Edward T. Hall, komunikasi adalah budaya, budaya adalah komunikasi. Memang, terkadang komunikasi antarbudaya terhambat karena adanya kebiasaan (habit), nilai dan norma yang tumbuh dalam suatu masyarakat tertentu. Komunikasi antarbudaya dapat dilakukan dengan efektif karena adanya sikap saling menghargai, toleransi, mengembangkan sikap heterogenitas (keberagaman masyarakat),keterbukaan (transparansi), dan pemahaman terhadap budaya lain. Selain itu, mengurangi sikap etnosentrisme dan stereotip.

Nah, apa itu etnosentrime dan stereotip. Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yg berpangkal pd masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dng sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Stereotip adalah menggeneralisasikan individu berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mendefinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita naut mengenai kelompok – kelompok atau individu – individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk. Sedangkan menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus, stereotip adalah kepercayaan hampir selalu salah, bahwa semua anggota suatu kelompok tertentu memiliki ciri – ciri tertentu atau menunjukkan perilaku – perilaku tertentu. Kelompok yang dimaksud ialah kelompok ras, etnik, atau kategorisasi berdasakan penampilan fisik. Contoh stereotip yaitu : paradigma yang muncul dalam masyarakat yaitu orang jawa itu halus pembawaannya, orang padang itu pelit, orang batak kasar, laki – laki cenderung berpikir menggunakan logika, perempuan berpikir menggunakan perasaan dan lain – lain.

Masih perlukah etnosentrisme dan stereotip dalam proses komunikasi? Stereotip dan etnosentrisme memang lebih berorientasi pada suatu hal yang negatif, namun selama sikap etnosentrisme dan stereotip tersebut hanya sebatas untuk dipahami dan bukan untuk diimplementasikan dalam realita kehidupan maka proses komunikasi akan berjalan dengan lancar dan efektif, meskipun terkadang terkendala karena adanya kesulitan dan keterbatasan bahasa.

Pentingnya komunikasi antarbudaya ini dapat menimbulkan suatu difusi inovasi, yang berarti usaha mengampanyekan penemuan – penemuan baru untuk diterima oleh masyarakat. Berkaitan dengan pemakaian unsur budaya dalam proses komunikasi, dikenal dua prinsip yaitu Homofili dan heterofili. Homifili adalah Homofili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dan lain-lain, antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi.Heterofili adalah interaksi yang dilakukan individu dengan meninjau pada perbedaan dalam suatu proses penemuan informasi baru.



Saya memiliki sebuah lelucon mengenai perbedaan bahasa dalam komunikasi antarbudaya dan stereotip serta etnosentrisme.
Ada sepasang kekasih. Mereka berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. 

    Wanita berasal dari Suku Sunda dan Pria berasal dari Bali. Suatu hari, mereka menemui orang tua mereka. Setelah berbincang lama, sang ibu bertanya, “dek, si adek teh asalna mana kitu nya?”. 

    Dengan sedikit bingung, si pria menjawab “Hmm ... Bali, bu. Nama saya saja I Gede Suardika”. 

Si ibu hanya menjawab “Oh”.
Lalu bergegas ia menemui anaknya,”neng, kadieu heula! (kesini dulu)”.

“Naon atuh si ibu teh?”. (Ada apa ibu?)

“Heh, meneh teh teu salah gitu? eta kabogoh maneh?” (Kamu enggak salah, dia pacar kamu?)

“Iya, kunaon atuh?” (Iya, kenapa?)

“Ibu teh teu setuju. Neng, si Mamat geu suka sama eneng. Ibu lebih setuju kalo kamu sama Mamat, apalagi dia sama – sama urang sunda, neng!”

Dengan santai dan tersenyum,
“Ibu, ieu teh masalah perasaan lain masalah suku, bu. Lamun, si ibu setuju abdi jeung Mamat, kunaon atuh ibu teu setuju mun abdi jeung I gede Suardika?” ( Ibu, ini masalah perasaan, bukan masalah suku. Kalo ibu setuju sama Mamat, kenapa ibu enggak setuju kalo saya sama I Gede Suardika?).

“Teu lah! Ibu teu setuju!” (Enggak, ibu enggak setuju).
“Mun ibu teu setuju mah, mending si Mamat bae nikah jeung I Gede Suardika? Jadi kalo mereka punya anak namanya I GEDE AMAT” (Kalo ibu enggak setuju, lebih baik si Mamat aja yang suruh nikah sama I Gede Suardika. Jadi kalo punya anak, namanya I GEDE AMAT ).


***


4 comments:

  1. Salam kenal. Blognya cantik.
    CatatanLyngLyng.blogspot.com datang berkunjung..
    Keep Writing yaaa.. cheer

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kakak ..
      terima kasih banyak ya
      nanti saya kunjungi
      :)

      Delete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete