Wednesday 2 December 2020

PUISI PERDAMAIAN : MANUSIA ADU KEPENTINGAN



Alunan dawai kehidupan masih saja terdengar memar

Perlahan suaranya memudar diterpa letupan asap yang tersebar

Aroma kematian terasa mendekat dan kian menyebar

Bulu kuduk merinding dan nyali yang berkembang mulai bubar.

Lantunan sholawat terdengar lirih meski jiwa terus saja merintih.

Andai kata ada titik temu dengan kematian, adakah yang bisa menggantikannya selain aku sendiri?

Pikirku lucu sekali, ketiak setiap bagiannya mulai dipritili oleh kesombongan dan pembenaran diri.

Aku telah belajar tentang hakikat kematian.

Kesinilah! Agar kuberitahu bagaimana caraku menjadikan kematian sebagai hal berharga dalam hidupku

Menjadikannya kawan sejati yang tak pernah meninggalkanku.

Kami hanya ingin agresi segera diakhiri.

Bukan sebuah nyanyian merdu pelipur kesakitan diri.

Bukan hanya janji-janji yang digaungkan para penguasa bodong.

Kibarkan panji-panji perdamaian dunia untuk jeritan manusia yang meminta tolong.

Gembar gembor tentang projek kemanusiaan

Sejatinya pepesan kosong tak ada pemaknaan.

Ketika kalimat damai diperjualbelikan

Jadi senjata bagi para aktor yang berlaga

Mempertontonkan kekuasaan beradu kepentingan

Bertopeng kemanusiaan, bermuka beringas manusia buas.

Menopang kemanusiaan, menggilas kepentingan.

Bogor, 3 Oktober 2020




 

0 comments:

Post a Comment