Seluruh negeri sedang berkecamuk. Dimulai
dari akhir tahun 2019 dimana masyarakat China mulai dihebohkan dengan pandemi
Corona. Sebuah pemaknaan leksikal dari kata “Corona” hingga menjelma dalam efek
yang begitu mondial. Terlepas dari segala isu konspirasi yang diciptakan oleh
segala pihak, faktanya virus ini memukul kehidupan manusia hingga diambang
nadir. Bukan hanya lumpuh, tetapi berimbas pada perspektif lain dalam
kehidupan. Disadari ataupun tidak, efek domino yang telah dirasakan secara
kongkret saat ini adalah lumpuhnya perekonomian secara global. Apapun yang
dikatakan para ahli ekonomi tentang kondisi saat ini, pada tahapan resesi,
inflasi menyeluruh dan lain-lain.
Dilansir dari media daring https://money.kompas.com/read/2020/04/23/174607026/dampak-covid-19-menaker-lebih-dari-2-juta-pekerja-di-phk-dan-dirumahkan
dengan mengutip data Kemenaker per 20 April 2020, ada sekitar 2 juta pekerja
dari 116 ribu perusahaan terkena dampak dirumahkan dan PHK akibat pandemi ini. Ironis
sekali, perekenomian seperti disayat putus bagian nadi. Belum lagi ditambah
dengan efek yang ditimbulkan setelah PHK, disusul dengan meningkatnya kasus
kriminalitas. Berbagai pilihan akan muncul demi bertahan hidup. Manusia yang
menentukan pilihan. Memilih pada kedudukan yang sama atau satu tingkatan
hirarki yang bermartabat.
Hal yang lebih mengerikan lainnya adalah
munculnya transformasi nilai budaya secara masif. Tantangan dunia yang sangat
beragam dimana penanaman nilai ini dilakukan melalui informasi dari mulut ke
mulut (word of mouth/WOM). Suguhan
informasi dari para konglomerasi media yang memiliki banyak konflik kepentingan
(conflict of interest). Idealime para
jurnalis dibenturkan dengan tendensi kepemilikan media tersebut. Dunia makin
berkecamuk ketika agenda setting
mulai disiapkan dan disebar secara luas. Terlebih dengan kemunculan media baru,
satu menyebarluaskan untuk semua. Ungkapan bahasa sanepa yang tepat adalah
informasi jaring laba-laba. Terkesan angkuh padahal rapuh. Saya berani
mengatakan mereka adalah orang yang terperangkap pada jerembab jaring
laba-laba.
Saat ini kita sedang berada dalam tahapan
masyarakat informasi (information society).
Siapa yang bisa membendung derasnya terpaan arus informasi? Bahkan setiap orang
cenderung menjadi objek suatu informasi. Bagaimana kita menyikapi sebuah
informasi yang diterima? Mari kita amati dengan seksama, media banyak
menyajikan informasi yang begitu histeris tanpa diimbangi dengan adanya upaya
persuasif. Bagai fenomena gunung es, alam bawah sadar akan membentuk proyeksi
kecaman dan ancaman hidup diantara sebuah kematian. Dalam sudut pandang ini,
pilihannya hanyalah 2 yaitu mati karena corona atau mati karena kelaparan.
Ketika berbicara urusan perut, semua
menjadi buas. Bahkan lebih buas dari binatang. Manusia yang beradab akan
menjadi biadab, manusia yang biadab akan lebih biadab. Bahkan yang lebih parah adalah
kanibalisme akan terjadi, dimana satu sama lain saling memangsa kepentingan
orang lain dengan cara – cara yang tidak beradab. Justru saat ini adalah
momentum sifat dasar manusia muncul ke permukaan, dimulai dari brangasan, liar
dan buas. Lalu dimana letak adab itu sendiri? Apa yang terjadi sebelum dan
sesudah corona terhadap kehidupan manusia?
Sampai dengan saat ini, belum ada yang
bisa memprediksi berakhirnya masa pandemi ini. Meskipun beberapa waktu ini
telah dilakukan percobaan untuk penemuan vaksin corona, tapi itu bukan sebuah
jaminan bagi manusia terlepas dari kungkungan kematian. Pada akhirnya saya
sangat tegas mengatakan pandemi ini adalah proses seleksi alam. Siapakah
insan-insan terpilih yang dapat melalui proses seleksi ini? Seberapa besar
usaha kita untuk bertahan hidup?
Tentunya bukan sebuah hal yang mustahil
jika alam semesta memberikan pancaran energi untuk manusia terpilih. Dalam
konteks yang tinggi, kita akan menemukan diri berada pada sebuah piramida kehidupan.
Dimana pada setiap tahapan hirarkinya kita mampu memandang secara luas dan
menghargai sebuah kehidupan. Hingga suatu saat kita bersinggungan langsung
dengan Sang Maha Kehidupan.
Jika saat ini Anda merasakan terpanggil
untuk mengurangi penderitaan dalam dunia, itu memang perbuatan yang sangat
mulia, tetapi ingatlah untuk tidak hanya fokus pada luarnya saja. Ketidaksadaran
menghipnotis manusia lupa tentang siapa diri? Sudahkah kita mengenal diri
sebelum kembali kepada Pemilik diri? Layakkah kita dijadikan sebagai manusia
yang terpilih dengan watak yang beringas?
Lalu apa yang diperbuat dalam kondisi
seperti ini selain menghargai hakikat kehidupan dan Sang Maha Kehidupan?
Berserah diri merupakan kebijaksanaan sederhana namun sangat mendalam tentang kelenturan
yang memilih lebih baik tidak melawan arus kehidupan. Satu-satunya tempat
dimana Anda bisa mengalami arus kehidupan adalah saat fenomena corona ini,
sehingga berserah diri berarti menerima dalam segala kepasrahan tanpa syarat
dan keberatan. Mulai meninggalkan jejak resistensi batin pada kondisi yang ada.
Resistensi batin yang selalu menolak dan berkata “tidak” pada apa yang telah
terjadi melalui munculnya penghakiman mental dan negatifitas emosional.
Keengganan untuk berserah diri akan
memperkeras wujud psikologis Anda, yaitu kulit ego. Dengan demikian akan
menciptakan rasa keterpisahan yang kuat. Munculnya dorogan tidak sadar
bertindak kompulsif untuk menghancurkan yang lain, bersaing dan mendominasi. Bahkan
yang lebih tragis adalah alam pun bisa menjadi musuh yang nyata bagi Anda.
Ketegangan bermunculan di berbagai tempat pada tubuh dan secara keseluruhan
menegang. Aliran energi kehidupan seharusnya mengalir bebas melalui tubuh untuk
menjaga fungsi tubuh tetap sehat menjadi sangat terhambat.
Jika dirasa kehidupan tidak memuaskan
atau bahkan tidak dapat ditoleransi, hanya dengan berserah diri terlebih dahulu
sajalah yang dapat memutuskan pola resistensi batin yang tidak disadari secara
terus menerus akan menghidupkan situasi yang pelik. Berserah diri sepenuhnya
dalam pengambilan tindakan, memulai sebuah perubahan untuk mencapai sasaran.
Bahkan dengan berserah diri, akan mengalir energi yang berbeda, energi dengan
kualitas yang berbeda kedalam kehidupan.
Belajarlah dari alam! Lihatlah bagaimana
segala sesuatu disempurnakan dan bagaimana mukjizat kehidupan diungkapkan tanpa
rasa tidak puas atau tidak bahagia. Alam sedang bergolak secara drastis, mengajarkan
harfiah kehidupan. Menitipkan setiap bagian dari kehidupan untuk orang yang
amanah. Bukan sosok yang dikungkung oleh amarah. Jadilah sosok pembesar
kehidupan. Hingga pada akhirnya, kebesaran kehidupan akan merengkuh setiap hela
napasmu.
***
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.