Sunday, 29 November 2020

SENYUM IBU PERTIWI KEPADA ANAK NEGERI DARAH BETAWI

 

Pesatnya perkembangan zaman mulai mengikis nilai kebudayaan yang tertanam dalam diri setiap individu. Generasi zaman now sudah mulai terkontaminasi dengan nilai kebudayaan kebarat-baratan. Gengsi tinggi jika tidak mengikuti perkembangan zaman yang sedang viral dan trending. Serasa ketinggalan zaman bila tidak ikutan menggandrungi nilai yang secara intisarinya saja belum dipahami begitu mendalam. Kebudayaan sendiri justru diabaikan. Jika ditanya tentang kebudayaannya, mereka kebingungan. Budaya sendiri malah diapresiasi dan diakui sebagai kebudayaan milik bangsa lain. Jika tidak ada yang melestarikan budaya sendiri, lambat laun kita akan kehilangan identitas bahkan jati diri kita sebagai bangsa.

Beruntungnya Syarif Hidayatullah, pemuda 24 tahun keturunan betawi, asal Kampung Dadap, Tangerang. Kerap disapa oleh lingkungan sekitarnya Bang Arif. Budaya betawi telah mendarah daging didalam dirinya. Hal ini diyakini didalam dirinya sebagai warisan turun temurun yang mendarah. Betapa tidak, sejak berusia 3 tahun ia sudah banyak diajari kesenian, adat dan budaya betawi. Baginya, betawi adalah kehidupannya selama ini. Pijakan dari masa ke masa hingga akhir hayat menutup mata.

Bukan tanpa alasan Bang Arif begitu mencintai budayanya, alasannya adalah segala hal dalam budaya betawi adalah kebutuhan hidup. Ciri khusus yang ia bangun dalam dirinya adalah cara berpakaian yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Dia selalu mengenakan pangsi betawi kemanapun ia pergi. Sekalipun berangkat kerja, Bang Arif selalu menggunakan pangsi betawi itu.

Berdasar penelusuran saya mengikuti kisah perjalanan anak darah betawi ini, ia sempat mendapat teguran keras dari tempatnya bekerja. Dianggap nyeleneh dan tidak taat pada aturan yang berlaku dalam perusahaan dan kesepakatan perjanjian kerja. Dengan menjunjung nilai kearifan dan nilai keluhuran budaya betawi, ia membuka cara pandang yang baru bagi Direkturnya.

Awalnya Bang Arif mengira permasalahan ini hanya akan berakhir pada surat peringatan atau paling parah di PHK dari perusahaan. Tetapi kisah malah berbalik menjadikan ia bertemu dengan jajaran orang nomor satu di perusahaan tersebut. Bang Arif justru mendapat keberuntungan dari sikapnya yang teguh mempertahankan budayanya. Dia diberikan modal untuk mendirikan Sanggar Seni Budaya Betawi di wilayah tempat tinggalnya. Mujurnya, ia masih diperkenankan bekerja di perusahaan tersebut tanpa menghilangkan ciri khusus didalam dirinya.

Kisah pertemuannya dengan Direktur viral antar karyawan. Menarik simpati dan empati bagi sebagian besar karyawan. Dia mendapatkan dana hibah dari karyawan yang lain. Sontak namanya semakin dikenal, ditambah lagi dengan penampilannya yang nyentrik mengundang banyak perhatian publik. Seperti artis yang sedang naik daun, karyawan lain juga meminta berswafoto bersama Bang Arif.

 

Setelah bekerja selama 6 bulan, Bang Arif akhirnya memutuskan untuk fokus mengurus Sanggar Seni Budaya Betawi miliknya di Kampung Dadap, Tangerang. Ia memilih untuk mengabdikan diri pada darah suci yang mengalir dalam dirinya. Tawaran gaji yang lebih besar sudah sempat terlontar sebelum pengunduran dirinya. Tetapi ia teguh untuk menjalani kehidupannya bersama dengan Betawi. Banyak anak negeri yang tidak tahu budaya sendiri. Dia menanamkan tekad kuat untuk mendidik dan mengajarkan Kesenian Betawi agar tidak punah dimakan usia dan dimakan lupa.

Bang Arif mengajar tanpa dibayar. Dia lah anak zaman now yang tak lupa siapa leluhurnya. Generasi milenial yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan dengan gaya dinamis. Gaya blak-blakan dalam berbicara membuat materi mudah dipahami oleh murid-muridnya. Malahan ia terkesan humoris dan menyenangkan. Dengan bantuan dari orang tuanya yaitu seorang penggiat seni budaya betawi, Bang Arif makin mengembangkan sanggar seni itu bukan hanya di tempat tinggalnya.

Bang Arif bukan hanya menjadi pengajar tetapi juga menjadi murid. Dia terbuka terhadap segala kritik dan saran tetapi tetap menjunjung keluhuran nilai dirinya. Berbekal keahlian yang ia miliki, ia berani tampil dalam festival seni kancah lokal dan nasional. Agenda tahunannya adalah menjadi pengisi acara di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Dalam Ajang Festival Seni, Bang Arif selalu bekerja dibelakang panggung. Ia memberikan kesempatan bagi murid-muridnya untuk tampil didepan. Tak ayal dengan konsepnya yang begitu fantastis mendapat banyak ajungan jempol dan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Dari sini, saya hanya melihat ia tersenyum menyaksikan kesuksesan para murid-muridnya mendapatkan penghargaan bergengsi dibidang seni.

Ketika ditanya, mengapa ia menjadi aktor dibelakang panggung? Padahal jika ia tampil sudah pasti ia yang akan mendapat penghargaan itu? Bang Arif hanya menjawab dengan senyuman. Ia berlalu dengan jawaban yang masih mengambang. Tetapi sudah jelas dari situ, Budaya Betawi yang tertanam dalam dirinya sudah mendarah daging. Ia hanya berbuat bagaimana caranya mewariskan budaya itu turun temurun bukan untuk mengeruk keuntungan.

Masih dengan Pangsi Betawi berwarna merah dan pecinya. Bang Arif menuturkan kalimat sederhana tetapi membekas didalam jiwa. “Gue hidup dari kecil sama Betawi, jadi gue bukan cuma mau menjadi abdi seni. Gue harus menciptakan anak negeri yang tahu diri, tahu seni”. Sore ini dibawah rintik hujan, Bang Arif mempersiapkan seperangkat alat kesenian gambang kromong, tanjidor dan lain-lain. Ditambah beberapa murid diarahkan untuk mementaskan sebuah lenong betawi sederhana tentang kebaikan manusia yang berbudi. Disisi lain, ada seorang murid yang sudah mempersiapkam kotak istimewa berwarna putih dengan pita berwarna merah diatasnya. Didalam kotak tersebut ada baju Pangsi Betawi lengkap dengan atribut lainnya.

Selang beberapa waktu, mobil mewah terparkir di Sanggar Seni miliknya. Ternyata, Bang Arif kedatangan tamu. Disambut dengan pertunjukan seni palang pintu. Dia adalah Direktur yang dulu ia kenal. Meski sudah tidak bekerja di perusahaannya, Bang Arif tetap menjaga hubungan baik dan silaturahmi. Dengan jamuan sederhana, kerak telor dan bir pletok buatan ibu Bang Arif.  Direktur itu nampak asik menikmati pertunjukan lenong dibawah guyuran hujan yang semakin lebat. Pertunjukan berakhir, hujan reda, mereka berbincang dan Bang Arif memberikan sebuah persembahan terbaik dari Sanggar Seni Budaya Betawi berupa Pangsi Betawi yang sama seperti yang ia kenakan.

Sembari berpamitan, Direktur itu menepuk bahu Bang Arif dan bertutur “tetaplah menjadi anak Betawi milik negeri. Ibu Pertiwi selalu bangga kepadamu, nak!”.

 

***

BAHAYA!!! HUTAN DILALAP DI JAGO MERAH, PEMIMPIN MENANGIS DARAH!

@sripatmi : harmoni cosmos 


Sekarang sudahkah kalian berjalan dengan kedua kaki kalian dengan sempurna? Setiap hari melangkah keduanya saling beriringan? Adakah satu diantaranya saling mendahului bahkan bersaing untuk merebut perhatian dari si pemilik kaki? Mereka hanya berjalan dengan pola yang tersistematis. Satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan. Bergerak dengan arah yang telah ditentukan oleh otot-otot dan syaraf serta tulang kuat yang menopangnya. Sehingga semuanya akan menjadi satu tatanan sistem gerak yang beratur. Satu diantaranya tidak berfungsi dengan baik, maka yang lain akan merasakan efeknya. Kemungkinan akan tidak sempurna dalam proses berjalan. Harus ditunjang dengan sesuatu yang mengkokohkan missal tongkat atau pilar penopang lainnya. Anggap saja jika satu kaki tersebut sakit, bagian tubuh yang lain akan merasakan sakitnya, demam ringan atau gejala lain yang menyertainya. Miniatur ini merupakan gambaran sederhana untuk memberikan representasi hakikat kehidupan yang saling terikat satu sama lain. Dipadukan dengan segala rasa agar terus bersama. Satu kesatuan ini membentuk gerak yang sama antar bagian. Gerak tubuh yang mempengaruhi kehidupan secara menyeluruh.

Hakikat kesatuan anggota tubuh ini menjadikan pantulan refleksi sederhana dari kehidupan yang luas. Dimana hirarki dan sistem kehidupan berjalan akan terus berlangsung. Komponen kehidupan manusia saling berhubungan dengan komponen vital kehidupan lainnya. Hidup saling berdampingan antara manusia dan alam semesta maha perkasa. Manusia makhluk yang dibekali banyak sekali pengetahuan kehidupan. Puncak tertingginya adalah tataran manusia sebagai pemimpin dunia. Menggerakkan roda kehidupan ini berjalan dengan sebuah sistem yang telah disepakati menjadi sebuah konsensus. Ada tatanan dan aturan yang membatasi tindak tanduk manusia. Aturan yang berlandaskan kebenaran dari sebuah pemahaman moral dan para ahli filsafat kebenaran lainnya.

Pemimpin dan alam. Keduanya dekat sedekat urat nadi. Denyutnya sama dengan kehidupan alam ini dan kehidupan makhluk disekitarnya. Jika diamati dengan nurani, gerakannya dengan alam ini seakan selaras. Bersinergi dengan cahaya kehidupan yang terpancar dalam dirinya. Mari kita sama-sama pejamkan mata, gunakan rasa, jiwa dan nurani kita untuk sama-sama memikirkan, apakah kita sosok pemimpin alamiah yang ditunjuk secara langsung oleh kehidupan ini atau dibentuk dari proses seleksi alam? Mandataris seorang pemimpin adalah pemangku kepentingan semesta bukan kepentingan dirinya semata.

Alih-alih yang terjadi saat ini adalah pemimpin tidak memiliki hubungan yang kokoh seperti hubungan anggota tubuh dan ruh yang mengisinya. Sebagian besar mereka menjadi boneka yang bergerak atas dasar kepentingan diri semata. Maka diri itu tidak ada peperangan melawan ego diri yang serasa tamak. Segalanya ingin dikuasai menjadi milik pribadi. Meletakkan cap stempel dengan deretan nama dinasti kerajaannya. Gelang rantai kekuasaan yang dikaitkan dengan hubungan kekeluargaan untuk memenuhi sederet nafsu perutnya. Seberapa banyak perut ini diisi, ia akan kembali pada lubang pembuangan akhir tinja. Masuk dari mulut keluar dari anus. Masuk dari bagian yang tinggi, keluar ke lubang yang lebih rendah bahkan nista. Bayangkan saja, siapa yang akan bersedia mengobok-obok lubang tinja? Itulah hakikatnya kepentingan perut yang banyak diperjuangkan sebagian besar pemimpin. Diperparah lagi dengan kondisi yang sangat mengerikan dimana untuk mendapatkan tahta pemimpin itu harus baku hantam dan terjadi pertumpahan darah yang menyebabkan keadaan semakin chaos.

Pada sisi yang bersamaan, ada bagian dari pemimpin yang membuat kamuflase untuk menutupi strategi dan tujuan yang akan dicapai agar tidak menjadi kemelut. Tentunya ini bukan sebuah konspirasi biasa, melainkan konspirasi terhadap alam semesta. Sekali lagi, pertautan keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Meski ada pertautan dari keduanya, bukan berarti adanya pergeseran makna terhadap hukum rimba itu sendiri. Siapa yang kuat, dialah yang berkuasa. Cermati lebih dalam lagi, apakah itu yang dimaksud dalam hukum rimba secara harfiah? Mereka yang menang dalam kontestasi ajang perdebatan kepentingan, lalu mereka yang akan menduduki singgasana tertinggi suatu kerajaan? Jika demikian, benturkan dengan premis lain yang menyatakan raja tanpa mahkota?

Hukum rimba sendiri pada hakikatnya mengandung essensi nilai yang lebih dalam dibanding makna konotatif dan denotatif. Tataran disiplin ilmu yang maha agung untuk menggambarkan sebuah aspek hukum rimba. Kekuatan dari alam semesta ini mampu menitahkan manusia terpilih untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin alamiah yang telah dipersiapkan segalanya dalam bentuk kekuasaan yang hakiki. Dua hakikat kata memimpin dan dipimpin ini membentuk sebuah siklus mata rantai tatanan kehidupan. Ada raja, ada rakyat, tentu ada kekuasaan didalamnya. Roda siklus mata rantai kepemimpinan ini pada akhirnya mengacu pada sebuah kekuatan untuk sama-sama menggerakkannya dalam sebuah tujuan yang sama. Hal serupa dengan analogi yang disebutkan pada awal paragraf yang mengatakan hubungan anggota badan. Akankah roda kekuasaan berjalan tKareanpa didorong oleh kekuatan mata rantai lainnya? Munculnya kekuatan seorang pemimpin didorong oleh gerak kuasa dari rakyatnya. Maka tidak ada cerita tentang pemimpin boneka, pemimpin kaleng-kaleng. Dekandensi makna itu saja sudah melenceng jauh dari kehidupan kita, maka dari mana ceritanya kita bisa mendapatkan pemimpin yang sesungguhnya? Pemimpin itu diciptakan secara alamiah, jika karbitan matang lebih cepat, berbeda rasanya. Tidak ada sentuhan sedekat urat nadi. Sentuhannya hanya untuk melenggang kekuasaan pada sebagian besar keluarganya. Bahkan karena faktor kekuasaan dan kepentingan perut saja, hubungan keluarga sudah diiris dalam titik nadir. Renungkan sekali lagi dalam diri!

Jangan ada tuntutan apapun terhadap seorang pemimpin jika kita hanya tergerak dengan gerak kuasa iming-iming! Sudah seharusnya gerak yang dihasilkan dari sebuah proses berpikir dan bertindak adalah gerak mekanik yang berjalan lurus pada hakikat nilai kebenaran. Memilih dan terpilih sebuah pemaknaan subjek dan objek atas segala pergerakan. Mau menjadi raja atau rakyat, pergerakannya bagaikan langkah kaki kanan dan kiri saat berjalan, selalu bersinergi. Sudah secara otomatis ketika keduanya sudah bertautan maka kriteria dan syarat yang diinginkan sebagai seorang pemimpin seperti nubuat yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy), yakni ramalan yang menjadi kenyataan karena, sadar atau tidak, kita percaya dan mengatakan bahwa ramalan itu menjadi kenyataan. Harapan dan kepentingan rakyat sejalan dengan gerak kuasa seorang raja. Rakyat kekuatan, raja adalah kekuasaan. Keduanya hampir sepadan bukan? Kemunculan sosok ini masih menjadi misteri bagi sebagian besar orang. Jika rakyat sudah memenuhi standar rakyat yang baik, maka mana sosok raja yang baik pula? Sekali lagi kata standar ini bukan menjadi hal yang baku, karena kata standar sendiri adalah konsensus penyeragaman bahasa oleh manusia. Sudut pandang akan merubah kata standar menjadi banyak makna.

Pemimpin dan rakyat adalah pantulan dua bayangan cermin yang saling berseberangan. Sudha tentu gerakannya akan sama. Jangan hanya berfokus pada posisi. Posisi cermin kanan menjadi kiri dan kiri menjadi kanan. Kita semua dilahirkan sebagai manusia yang berbudi, jangan mencari pembenaran diri dengan menjadi spindoctor yang seakan hebat untuk memperoleh tujuannya. Sudah waktunya kita mulai bercermin. Seperti apa gerak kita pada cermin tersebut? Mengapa tidak sama dengan gerak cermin diseberangnya? Adakah yang salah dalam diri kita? Apakah harus memandang dari sudut yang lain? Bahkan memandang tanpa sudut menggunakan kacamata helicopter view?

Permasalahan pemimpin ini sudah menjadi konsumsi makanan basi bagi rakyat yang terumbar janji-janji. Bertahun-tahun menjalani kehidupan dengan penuh pengharapan, tetapi yang terjadi jauh panggang dari api. Tidak matang, bahkan tidak tahu objek apa yang sedang ada diatas alat panggang tersebut? Jangan-jangan hanya sebatas pepesan kosong tanpa isi? Mengerikan sekali permasalahan yang begitu pelik ini. Apatis bukan jawaban. Skeptis apalagi? Malah hanya menambah beban permasalahan. Dari waktu ke waktu pandangan kita semakin tajam, menatap makna pemimpin lebih mendalam. Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin atau orang berjalan tegap diatas jalan yang lurus? Dan keduanya berjalan pada falsafah kebenaran.

Jika semesta raya ini sudah meletakkan mahkota istimewa diatas kepala pemimpin terpilih, maka pemimpin itu akan senantiasa menghargai alam. Kerusakan alam dan hutan adalah cerminan nyata kehidupan pemimpin. Dari paparan diatas telah jelas bahwa pemimpin membawa sifat dasar dasar alam. Hidup dan menghidupi. Manusia hidup bersama alam, begitupun sebaliknya. Intisari alam telah merasuk dalam dirinya. Apapun keadaannya, alam tetap memberikan persembahan terbaik kepada manusia, menyerap segala unsur kebaikan dan mengembalikan essensi nilai manfaat yang bisa dirasakan dengan tulus. Memberikan tempat singgah yang nyaman diatas tanah. Memberikan hijau yang memukau. Digerogoti hijau itu menjadi abu dan kelabu. Asap beterbangan kemana-mana, sesak napas, kopong paru-paru dunia. Sampai dengan saat ini kita tidak pernah bisa menghitung berapa jumlah oksigen yang telah kita hirup dari setiap helai daunnya. Kondisi ini akan menimbulkan efek domino dimana setiap kepulan demi kepulan asap menghilangkan nilai murni alam itu untuk memberi setulus hati tanpa pamrih. Rantai makanan terputus dan rusaknya sebagian besar tatanan kehidupan yang ada. Padahal, setiap waktu jasad ini selalu menerima pemberian dari alam itu secara cuma-cuma bahkan lebih berdaya guna dengan sistem dagang transaksional yang diciptakan oleh manusia. Hutan tandus, salah siapa? 

Alam menjaga kita, sudah seharusnya kita juga menjaga alam. Ada atau tiada kita didalam dunia ini, kehidupan terus berjalan. Tetapi bukan hanya itu saja permasalahannya, seberapa besar kita berperan untuk kehidupan kita yang telah menghidupi kita kali ini? Dari dedaunannya yang berfotosintesis, manusia merasakan banyak manfaat didalamnya. Untuk memenuhi rongga dada dengan oksigen yang segar didalamnya. Jika kita ingin hitung-hitungan dengan alam, saya rasa manusia takkan mampu menebus segala anugerah yang diberikan alam untuk menghidupinya. Mulai dari terbukanya mata hingga menutup mata di pembaringan akhir. Lalu apa yang sudah kita lakukan untuk membalas segala kebaikan alam itu?

Jika selama ini masyarakat adat dan pemimpin adat setempat menjadi roleplayer terhadap perlindungan hutan. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk saling bahu membahu mengambil peran dan tanggung jawab yang lebih terhadap alam. Keluhuran budi dan ilmu inilah yang seharusnya kita junjung tinggi dalam kehidupan. Pelajaran di sekolah saja tidak cukup untuk menumbuhkan kesadaran antar manusia untuk hubungan timbal balik alam dan manusia. Sedini mungkin orientasi dan tanamkan dalam jiwa tentang kelestarian alam. Suatu saat nanti, generasi kita pasti akan terpanggil oleh gerak alam menjadi pemimpin yang terpimpin. Peran generasi muda sudah harus banyak mencontoh gerakan di hyperlink https://www.golonganhutan.id/. Kepedulian tim Golongan Hutan terhadap lingkungan adalah gerakan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Menjadi penjaga, pelindung, pengawas dan segala informasi persuasif untuk seluruh rakyat Indonesia. Pioneer/pelopor perubahan sikap terhadap hutan.

Saat penat dengan kebisingan, hiruk pikuk, dan polusi yang meracuni diri, kemana kita akan berlari? Alam dan hutan yang segar, terasa damai menyejukkan mata. Pernahkah kita melirik sedikit saja kepada alam? Hanya menjadikannya sebagai pelampiasan berlibur saat kota sudah tak bersahabat. Menjadi makhluk yang tamak menikmati sumber daya alam yang berlimpah ini sendiri, tidak memikirkan keberlangsungan hidup anak cucu kita dimasa mendatang. Jangan sampai hutan hanya menjadi bagian dari sejarah yang pernah tertulis, lalu hilang didalam perut para penebang liar.  Sampai dengan saat ini saya masih meyakini, siapapun kita masih ada kebaikan didalam diri kita untuk berbuat terbaik terhadap kehidupan, keberlangsungan anak cucu.

Kehormatan pemimpin terletak pada caranya untuk menjaga keberlangsungan hidup makhluk dibawah kepemimpinannya. Paritrana pertama, bentuk kesadaran antara pemimpin dan yang dipimpin. Banyak makhluk yang hidup tetapi tidak sadar akan keberhargaan dirinya sebagai seorang pemimpin untuk dirinya sendiri. Hidup bergantung pada alam sekitarnya tetapi lupa untuk menjaga kebaikannya. Sehingga hanya menjadi benalu untuk pepohonan yang tumbuh subur. Simbiosis yang dibentuk hanya sebatas faktor butuh. Padahal hidup menjadi benalu pula dapat mati juga sumber nutrisinya mati. Ironi, keadaan ini akan memberikan dampak buruk untuk generasi penerus. Lembaga pendidikan formal, informal dan nonformal harus membantu menanamkan nilai kebaikan untuk alam, khususnya hutan kita. Merusak hutan berarti merusak diri sendiri, karena satu kesatuan. Hutan adalah rumah kedua untuk kita kembali. Bahkan menempati kedudukan yang sama dengan diri sendiri. Reputasi kita saat ini adalah Indonesia paru-paru dunia. Pertahankan reputasi ini sebagai kehormatan tertinggi yang diberikan semesta raya ini untuk kita. Sosialisasi dan penyuluhan yang intensif perlu dilakukan dengan skema penetapan dari seorang pemimpin. Menjalankan pendekatan akar rumput (grass root) dalam pijakan pedomana hidup.

Paritrana kedua adalah mengubah abu dan kelabu dalam benang hitam dan putih yang jelas. Penegakkan legitimasi hukum dianggap lemah karena pembalakan dan penebangan hutan diluar kontrol dari penglihatan manusia itu sendiri. Sehingga perpanjangan organ tubuh mereka harus diletakkan dalam setiap gerbang hutan. Jangkauan yang terbatas diperpanjang dengan menempatkan perisai pelindung wilayah hutan. Pelindung hutan mengemban tugas mulia untuk menjaga kelangsungan hidup kita. Berikan kehormatan khusus untuk mereka dalam bentuk fisik dan nonfisik. Pemerintah bisa mencanangkan insentif terhadap pelindung hutan, meski nilai yang terkandung dalam insentif tersebut tidak dapat menggantikan kemuliaan tugas mereka. Wujud apresiasi ini menjadi sebuah lencana yang disematkan kepada patriot hutan di Indonesia. Insentif ini diberikan kepada masyarakat adat dan pemimpin adat guna menjaga kelestarian hutan di Indonesia. Selain itu, insentif ini akan memberikan manfaat untuk mendorong potensi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat untuk terlibat langsung hidup bersama dengan hutan kita. Watchdog bukan hanya dari sistem top bottom, sekarang harus dikembangkan secara linear dan sirkular. Mereka yang melanggar dan melakukan pembalakan liar diberikan sanksi hukum serta sanksi moral dalam masyarakat.

Paritrana ketiga adalah perencanaan purifikasi dan restorasi. Adanya sebuah pergeseran nilai yang menyebabkan manusia seakan skeptis dan apatis terhadap hutan, jangankan hutan bahkan terhadap dirinya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu modernisasi, pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. Sehingga kepedulian terhadap lingkungan internal dan eksternal semakin berkurang. Upaya preventif dan kuratif yang dapat dilakukan adalah Mencanangkan hari tanam nasional seluruh masyarakat menanamkan satu pohon untuk masa depan. Gantungkan sebuah harapan pada pohon yang mereka tanam. Hal ini akan merangsang daya kreatif imajinasi dan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi. Satu bulan sekali masyarakat mengamati perkembangan pohon-pohon yang mereka tanam. Bahkan untuk pelaku pembalakan liar diwajibkan menjalankan hukum alam untuk menanam pohon sebanyak yang mereka tebang. Selama masa tanam, uji emisi gas harus diterapkan secara ketat untuk menjaga kontrol kehidupan seimbang. Modernisasi dan perkembangan IPTEK membawa perubahan positif berupa paperless atau pengurangan penggunaan kertas. Kertas dihasilkan dari hutan, kita tidak pernah tahu seberapa banyak pohon yang ditebang untuk membuat berlembar-lembar kertas yang kita buang sia-sia.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) dilindungi dengan upaya intensif yaitu menjaganya dalam habitat itu sendiri. Habitat terbaik bagi tumbuhan dan hewan-hewan adalah hutan. Segala elemen itu hidup berdampingan, sumber air, tanah subur, udara bersih. Membentuk cagar alam, kawasan konservatif dan hutan lindung sudah menjadi bagian dari sejarah yang tak bisa dijarah. Menjalankan dharma tertinggi dengan menjalankan dasa raja dhamma terhadap kehidupan alam.  Keselarasan hidup dengan anugerah alam, harmoni cosmos manusia dengan dharma bhakti tertinggi dan keagungan Sang Pencipta. Apapun yang kita berikan kepada hutan akan dikembalikan lagi kepada kita. Merusak alam, alam murka, dihabisi sudah kehidupan diatasnya. Jika alam sudah murka, salah siapa?

Amanah bukan sembarangan amanah. Jangan sampai amanah menjadi amarah karena kita membuat hijau menjadi merah. Berkobar asap membumbung ke udara dengan tangisan berdarah. Mari kita jaga alam sebagai anugerah!

 

291120

***

https://www.kompasiana.com/sripatmi/5fc315de8ede483c4e394d22/bahaya-pemimpin-menangis-darah-hutan-dilalap-si-jago-merah

LITERASI KOMUNIKASI : DIMENSI DAN PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI (BELAJAR KOMUNIKASI ITU GAMPANG!)

 



1. Komunikasi sebagai proses

Unsur didalamnya bergerak aktif dan dinamis. Proses dimulai dari pengumpulan, pengolahan dan penyebaran berita.

 

2. Komunikasi sebagai simbolik

Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Simbol adalah bahasa lisan dan tulisan. Simbol dipengaruhi oleh budaya, psikologis dll

 

3. Komunikasi sebagai sistem

Suatu sistem komunikasi memerlukan sifat yang sistematik yakni menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif, dan memiliki tujuan. Sistem dibagi menjadi kedua yaitu sistem terbuka dan tertutup dari pengaruh lingkungan. Terbuka : agama, politik dll

Tertutup : uji coba laboratorium

 

4. Komunikasi sebagai aksi

 

Aksi dan interaksi memicu adanya reaksi /Feedback Loops ( putaran umpan balik ).

 

5. Komunikasi sebagai aktivitas sosial

Komunikasi menjadi jembatan kepentingan manusia. Tataran lebih rendah pada tingkat akar rumput (grassroot) menjadi kebutuhan untuk membicarakan berbagai masalah

 

6. Komunikasi sebagai multidimensional

Dimensi isi dan hubungan

Dimensi isi : bahasa, informasi dan pesan

Dimensi hubungan : pelaku komunikasi

 

Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Hafid Cangara. 


Saturday, 28 November 2020

LITERASI KOMUNIKASI : MODEL KOMUNIKASI (BELAJAR KOMUNIKASI ITU GAMPANG!)

 



Model dibangun untuk mengiringi sebuah proses, menunjukkan objek. Model ada dua yaitu operasional dan fungsional. Operasional : proyeksi kemungkinan operasional yang mempengaruhi proses.  Fungsional : hubungan berbagai unsur dari suatu proses dan menggeneralisasi menjadi hubungan-hubungan yg baru. Fungsional digunakan dalam pengkajian ilmu pengetahuan, utamanya menyangkut tingkah laku manusia. Tiga model komunikasi : model analisis dasar komunikasi, model proses komunikasi, model komunikasi partispasi.

 

MODEL ANALISIS DASAR KOMUNIKASI

Aristoteles (sumber, pesan, penerima)

1. Laswell

Siapa, mengatakan apa, melalui apa, kepada siapa, dan apa akibatnya Kritik model komunikasi lasswel lebih menekankan pengaruh pada khalayak sehingga mengabaikan faktor tanggapan balik. Pembelaan lasswel adalah media massa radio berhasil dimanfaatkan sebagai alat propaganda oleh pihak yg terlibat perang dunia kedua.

 

2. Shanon Weaver 1949 insinyur listrik menerbitkan buku atas dana rockefelled the mathematical theory of communication

 

Information, message, transmitter, signal, noise, received signal receiver, message, destination. Gangguan atau noise diukur dengan konsep redundancy dan entropi diukur secara kuantitatif.

Redudancy adalah pengulangan kata.

Tiga model tersebut memiliki sifat satu arah/linear serta terlalu menekankan sumber dan media.

 

MODEL PROSES KOMUNIKASI

Model sirkuler yg dibuat oleh Osgood dan Schramm 1954. Menunjukkan proses dinamis antara hubungan encoding dan decoding atau translasi pesan sebagai proses interprestasi. Proses Osgood terus menerus dan simultan. Oleh karena itu, proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir dimana saja.

 

MODEL KOMUNIKASI PARTISIPASI 

 

Kincaid and Rogers mengembangkan model komunikasi yang dikembangkan dari teori informasi dan sibernetik. Teori sibernetik melihat komunikasi sebagai suatu sistem dimana semua unsur saling bermain dan mengatur dalam memberikan produksi iuran. Keberhasilan teori ini ditunjukkan dlaam merakit berbagai macam teknologi canggih seperti komputer, radar dan peluru. 

 

Komunikasi selain dapat dilihat dari berbagai dimensi, maka komunikasi dapat dilihat dari berbagai perspektif diantaranya perspektif perilaku, transmisi, interaksional, transaksional. 

 

Perspektif perilaku : komunikasi memberikan tekanan stimulus yang dibuat oleh sumber dan reaksi. 

 

Perspektif transmisi ; pengalihan informasi dan bersifat satu arah 

 

Perspektif interaksi ; timbal balik dan sirkular 

 

Perspektif transaksional ; penekanan pada proses dan fungsi untuk berbagi dalam hal pengetahuan dan pengalaman. 

 

 

Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Hafid Cangara.


WASPADA! KESELAMATAN BERLARI MENCARI SELAMAT SENDIRI!

 



Faktor keselamatan telah mulai diabaikan oleh sebagian orang. Padahal setiap waktu kita selalu bergerak mobilisasi kesana kemari. Hilir mudik untuk memperjuangkan banyak kepentingan seperti kepentingan perut bahkan keinginan untuk maslahat banyak umat. Berkendara merupakan wujud pergerakan manusia berpindah dari satu sisi ke sisi kehidupan yang lainnya. Secara fisik akan terjadi perpindahan tempat dimana manusia saling berinteraksi dengan kebisingan, lalu lalang, polusi di tempat umum yang tidak dapat dihindarkan. Harapan dalam setiap diri adalah keselamatan dan keamanan untuk mewujudkan faktor lain dalam kehidupan. Padatnya mobilisasi lalu lintas ini tak ayal dapat mengurangi konsentrasi dalam berkendara di jalan raya.

Faktor keselamatan yang mulai diabaikan oleh banyak orang, contoh sederhana apabila berkendara dengan jarak tempuh yang dekat mereka hanya berjalan apa adanya tanpa menggunakan alat keselamatan diri. Betul saja, Tuhan telah menjamin kehidupan manusia dalam kasih sayang-Nya. Tetapi manusia tetap harus bergerak dan berbuat memberikan persembahan terbaik untuk diri sendiri bahkan kepada orang lain apapun yang terjadi. Disini, kita sama-sama menyadari betapa keberhargaan diri sering diabaikan hanya karena mereka merasa kehidupan ini sedang tidak apa-apa dan baik-baik saja. Setiap waktu, berkendara ataupun tidak, sang maut siap untuk menghampiri dan menjadi teman terbaik bagi manusia.

Hal yang diutamakan adalah mengetahui dan memahami hakikat dari keselamatan itu sendiri sehingga manusia akan tergerak untuk melakukan sesuatu dalam dirinya dalam bentuk kesadaran dan bukan karena paksaan. Faktor x yang akan membuat kesadaran meningkat adalah meningkatnya pengalaman indrawi akibat sebuah peristiwa yang nyata terjadi disekitarnya. Misalnya mereka pernah mendengar kabar musibah dan duka akibat lalai dalam berkendara dari kerabatnya sendiri. Mau tidak mau, suka tidak suka, hal tersebut akan tertanam dalam alam bawah sadar mereka untuk diverifikasi oleh kemampuan akal, nalar, logika, jiwa dan rasa yang dimiliki.

Dalam kondisi terbalik, mereka akan menempatkan cermin sederhana dihadapan mereka untuk menatap kehidupan itu akan berharga jika mereka menghargai diri sendiri dimulai dari keselamatan. Setelah itu mereka akan melihat cara-cara untuk meningkatkan keselamatan diri dan terus berbuat lebih untuk diri sendiri. Jadi semuanya harus dipupuk dari dalam diri sendiri terlebih dahulu agar tertata dan terbentuk secara struktural. Jangan memanfaatkan keteledoran diri sebagai alih-alih alasan untuk melakukan pembenaran terhadap kondisi tertentu. Waspada dan mawas bukan berarti berpikiran negatif. Justru hal tersebut menjadi penjaga utama yang dapat dirasakan meskipun abstrak keberadaannya.

Mendasari dari segala kegiatannya, manusia cenderung memikirkan alat untuk melindungi dirinya dari marabahaya. Saat berkendara, manusia membutuhkan pelindung diri seperti helm, jaket, sepatu, masker dan lainnya. Kesadaran untuk menggunakan ini semua dibentuk dari dalam diri sendiri. Meskipun pemerintah telah menerapkan beberapa protokol dan aturan untuk para pengendara disertai dengan segala sanksi. Sudah barangkali hal ini efektif untuk meningkatkan kesadaran. Faktanya, meski dalam kondisi terpaksa mereka menggunakan atribut tersebut. Lambat laun keterpaksaan menjadi kebiasaan menerapkan protokol keselamatan diri saat berkendara. Sederhana saja, ketika hal yang terpaksa dilakukan saja akan menjadi kebiasaan, bagaimana dengan hal yang dilakukan dengan kesadaran? Apakah mungkin akan membuahkan hasil jauh lebih tinggi dibandingkan kebiasaan itu sendiri?

Dengan keselamatan itu sendiri mereka akan sampai pada puncak hal yang tidak terduga. Secara logis, jika dalam berkendara mereka merasakan keselamatan dan kenyamanan, maka manusia dapat menjalani rutinitasnya seperti sediakala tanpa hambatan. Hal ini tidak didukung dengan keinginan logis saja dimana keselamatan ini adalah faktor abstrak yang tidak dapat dilihat secara indrawi. Keselamatan selalu menaungi manusia dimanapun berada. Letaknya ada di segala arah dan segala sudut kehidupan. Jika alat indra secara fisik memiliki keterbatasan kemampuan, maka keselamatan dibantu dengan rasa, karsa, jiwa dan nurani mampu merasakan.

Hal sederhana yang mungkin kita rasakan setiap waktu adalah tentang kondisi psikologis dimana manusia merasakan kegelisahan. Kesalamatan didalam dirinya sudah berkurang. Didalam dirinya diliputi dengan rasa waswas dan merasakan hal negatif yang melingkupi sebagian besar kehidupannya. Keselamatan memang berwujud abstrak tetapi dapat dilihat akibatnya. Utamanya menghadapi pandemic seperti ini, dimana COVID-19 mengincar dimanapun berada. Faktor keselamatan bukan hanya sebatas menjalankan segala protokol kesehatan. Kepedulian terhadap diri sendiri perlu ditingkatkan karena kondisi mental down syndrome bisa menjadi bagian dari berkurangnya keselamatan terhadap diri sendiri. Tekanan mental dan ekonomi menurun, akan menurun pula keselamatan untuk diri sendiri. Menjaga keselamatan adalah perbuatan fisik dan batin. Sudah selayaknya dilakukan secara rutin. Jangan sampai keselamatan berlari dari kita mencari selamat.

281120

***


Wednesday, 25 November 2020

GAWAT! LAGI-LAGI PEREMPUAN JADI KORBAN KETAMAKAN KEPENTINGAN

 


Kacamata kehidupan ini begitu luas. Disaat semuanya menganggap tak ada yang berdaya lebih selain kekuatan itu sendiri. Mereka memaknai kekuatan hanya berasal dari kehadiran fisik terhadap suatu muatan benda. Menggeser benda ke segala arah dengan kemampuan fisik. Perpindahan benda itu ke lain tempat bukti fisik kekuatan itu muncul dari perubahan arah benda kemanapun. Bergerak atas kekuatan fisik dapat menghasilkan efek dari berbagai lini kehidupan. Mengubah tatanan, struktur dan ruang yang lebih signifikan. Bagaimana bila kedua kekuatan fisik dan kekuatan dari sebuah harapan serta keyakinan itu dipadupadankan?

Bergerak dan bermutasi ke segala arah akan memberikan dampak yang dilihat secara visual kasat mata. Bagaimana dengan mereka yang terlihat diam tetapi ada pergerakan? Aksi dalam keanggunan, kelembutan, kebijaksanaan dan kemolekan dari seorang perempuan. Dengan mahkota kecil diatas kepalanya ia mengubah dunianya sendiri dengan nilai estetika yang sangat digandrungi oleh kaum lainnya. Melakukan pergeseran dengan tutur lembutnya. Perpindahan benda bukan dengan kekuatan fisik semata. Hal yang dilogikan secara sederhana dengan pemahaman yang sangat luas.

Kekuatan mereka terlihat anggun nan rupawan. Rupanya yang indah menjadi bagian dari kesantunan yang ditunjukkan dalam wujud fisik yang mampu dipandang semua mata. Kemolekannya berlenggak lenggok dalam panggung kehidupan akan menjadikan mereka semakin dipandang memberikan keuntungan untuk sebagian para pemegang kepentingan untuk dirinya sendiri. Kehadirannya ditengah kehidupan ini dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan bebas. Dimana keindahan dan kemolekan tubuh mereka diperjualbelikan bak barang yang dipajang pada sebuah etalase. Mencicipi bukan untuk memiliki. Pemuas nafsu birahi bagi sebagian lelaki.

Dalam keadaan suka atau tidak suka, mau atau tidak mau itu dilakukan demi memenuhi isi kantong dan isi perut. Polesan keluguan mereka harus digantikan dengan tebalnya bedak, gincu dan perabotan lenong lainnya. Miris, jika pada awal telah dijelaskan kekuatan dalam wujud keanggunan, sekarang dibenturkan dengan makna yang terbalik. Keanggunan mereka direnggut oleh faktor kepentingan semata.

Diperparah dengan kondisi dimana kekerasan menjadi aksi untuk melenggangkan ketundukan terhadap suatu perintah. Alih-alih mereka tidak memiliki kekuatan justru malah kekuatan itu bergerilya menjadi aksi sporadis menghancurkan lawannya. Ditimbun agar tidak mencuat ke permukaan dengan sosok yang berbeda bahkan lebih mengerikan. Mereka yang menikmati permainan sandiwara itu akan menjadi santapan utamanya. Setelah dijejali dengan ketamakan yang meraja, satu per satu kekuatan perempuan akan membuat mereka tertebas dengan sekali gilas.

Hingga akhir dari sebuah cerita, sangat sulit dibedakan mana subjek dan objek dari kekerasan tersebut. Perempuan dengan kalimat aktifnya atau perempuan dengan kalimat pasifnya? Imbuhan me- dan di- adalah hal sederhana tetapi mengubah banyak makna. Menentukan peran perempuan seorang perempuan dalam kehidupan. Bisa jadi ketika kedua hal tersebut disandingkan secara bersamaan, justru perempuan akan menjadi sosok yang penuh kekuatan dalam kelembutan yang anggun.

Kekerasan yang sangat brutal justru menjadikan keruntuhan terhadap tembok pertahanan kehormatan kaum yang bertindak terhadap aksi terhadap perempuan. Saksikan saja dengan mata telanjang yang saat ini masih menatap tajam aksi kekerasan, pelecehan kehormatan dan pembunuhan terhadap keanggunan. Berapa banyak yang mengalami trauma psikis dan psikologis hingga mengakibatkan gangguan mental dan kejiwaan mereka. Seberapa banyak yang telah mencoba bangkit untuk menjalani kehidupan yang terasa sudah runtuh.

Mereka berbagi kisah tragis yang menjadikan mereka jauh lebih hidup dibanding harus mengakhiri hidup. Perempuan korban kekerasan baik secara fisik, moral dan verbal akan memiliki keberanian untuk membagikan kekuatan mereka untuk bangkit dengan dorongan dari jiwa dan lingkungan eksternal mereka. Setelah kejadian itu bertubi melanda dan menghancurkan kehidupannya, keterasingan terhadap diri sendiri kian mengungkung mereka dan cenderung mengisolasi diri. Tak ada alasan apapun selain bertindak dengan dorman negatif dan dorman positif dari dalam diri. Besar kemungkinan efek yang ditimbulkan yaitu perbaikan dan kehancuran terhadap diri sendiri.

Segala bentuk kekerasan bukanlah jalan keluar atas segala permasalahan. Apalagi ditengah pandemi COVID-19 yang saat ini melanda dunia secara global. Dimana terjadi purifikasi dan pemurnian alam, semua berbondong-bondong berlari menyerbu pertanian. Di pekarangan rumah saja gersang tanah retak berganti dengan hijaunya daun yang ranum ditambah bunga yang sedang bermekaran. Disadari atau tidak, diamati dengan kasat mata belum melalui proses penelitian secara siginifikan langit membiru tetapi kantong saku legam menghitam. Bahkan hangus isinya dikuras dengan berbagai kebutuhan yang masih membludak dengan pemasukan yang sedikit bahkan tidak ada sama sekali karena pasangan menjadi korban PHK dan dirumahkan efek pandemi.

Apapun yang terjadi kehidupan terus berjalan, manusia membutuhkan makan, minum, biaya sekolah bagi anak dan lain sebagainya. Secara umum, kebutuhan biaya tersebut dititikberatkan pada perempuan. Tekanan secara psikis dan psikologis akan memicu terjadinya pertikaian dalam rumah tangga. Jika tidak disikapi dengan baik dan kepala dingin, kekerasan dalam rumah tangga ranah personal (KDRT/RP) akan terjadi secara disengaja atau tidak disengaja. Motivasi dan penyuluhan untuk perempuan utamanya pandemi seperti ini perlu dilakukan sebagai upaya preventif dan kuratif. Kerja sama yang bersinergi, pemahaman dan kesadaran antara pasangan suami istri harus dibangkitkan dengan gerak bersama satu langkah. Bahkan seorang motivator sendiri pun akan merasakan demotivasi untuk melangkah pasti menghadapi pandemi. Solusi yang harus dilakukan untuk ruang lingkup sederhana ini adalah terus bergerak. Apapun hasilnya, saling bahu membahu, dukungan keluarga akan memberikan trigger dan spirit tersendiri untuk mendapatkan buah yang manis di masa peperangan.

Sebagaian besar perempuan korban kekerasan akan lebih tertutup terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka tidak berani menceritakan apapun yang ada didalam diri mereka karena mengkhawatirkan adanya ancaman terhadap kehidupan mereka. Sebagian besar lebih memilih untuk memaafkan dan berbesar hati menjalani bahtera kehidupan dengan meninggalkan semua masa lalu yang kelam. Dibutuhkan upaya khusus untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan. Rasa simpati dan empati dari lingkungannya justru bukan solusi terbaik untuk mengatasi beban psikologis yang mereka rasakan. Beban tersebut ibarat fenomena gunung es ditengah lautan. Dipendam-pendam hingga tak terlihat sedikitpun.

Dengan adanya forum audiensi dan komunikasi bagi perempuan, mereka akan merasakan didengar dan diberikan solusi meski tidak mendalam. Legitimasi hukum harus ditegakkan demi terciptanya perdamaian dan keamanan tanpa terkungkung isu gender. Faktanya hukuman bagi para pelaku tidak menimbulkan efek jera bahkan angka kekerasan tersebut semakin meroket. Usut kepentingan-kepentingan yang menjadi dalang kurusetra atas segala kasus dwitunggal ini terjadi. Kasus kekerasan dan hukum terhadap gender perempuan. Jika masih ada kepentingan yang bermain didalamnya, maka kasus kekerasan ini hanya menjadi sebuah wacana diatas kertas. Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak bukan melakukan sulap agar semua masalah ini tuntas dengan mantra abrakadabra. Tanpa adanya dukungan dan kerja sama partisipatif dari pihak terkait, semuanya tidak akan berjalan dengan mulus. Maka dari itu, disini saya mengajak semua pihak untuk membantu menanggulangi kasus ini secara intensif, satu kepedulian kita lebih berarti untuk masa depan yang menanti.

 

 

Selamat Hari International Kekerasan terhadap Perempuan

25 November 2020

***


IRONI KEHIDUPAN PENGAJAR TUA MENANTI SENJA


 

Siapa bilang mereka yang tidak memahami apapun itu merupakan orang yang bodoh? Mari saja kita amati lagi secara seksama! Mereka itu bukan tidak paham dengan apapun yang disampaikan. Tutur dari alam semesta ini dapat diterima oleh manusia dengan perantara. Perantara yang seakan memiliki kedudukan tetapi tidak menduduki jabatan. Mereka tidak berorientasi pada hal apapun selain untuk membagikan apa yang mereka ketahui secara cuma-cuma. Jika mengharapkan sepeser uang hanya sebatas kepantasan mereka menjalani kehidupan layaknya manusia lainnya yang membutuhkan kebutuhan primer lainnya. Jika harus dibandingkan, tidak akan seberapa dengan tutur yang disampaikannya untuk mengubah kehidupan ini menjadi lebih terang benderang.

Dari kegelapan melihat huruf yang menyinari alam semesta bahkan mengubah dunia. Mereka menyampaikan setitik saja yang didapatkan dari kalam Illahi. Hasil yang diperoleh dengan perjalanan waktu yang ada mengantarkan manusia satu per satu pada gerbang kehidupan yang berkilauan. Menjadi seorang pengajar dan pendidik bukan hanya sebagai tugas dan tanggung jawab saja. Terlebih lagi mereka harus menyampaikan kebenaran yang hakiki dari essensi kehidupan. Amanah yang diemban oleh para pemikul pengetahuan semakin berat tetapi bahunya yang kuat tetap menengadah ke langit menyaksikan satu per satu bintangnya telah tampil bersinar di tengah galaksi yang sangat luas.

Kumpulan buku yang pernah mereka baca dituangkan dalam suara yang begitu lantang dihadapan kelas. Langkah lelahnya digantikan dengan senyum sumringah menatap bintangnya bersinar terang. Kesucian ilmu pengetahuan yang tertuang dalam sebentuk kalimat sederhana dengan cara mendidik yang mudah dipahami oleh banyak manusia. Dari kejauhan matanya memandang mata demi mata yang tatapannya seakan nanar belum memahami kehidupan ini dalam sejatinya makna. Manusia yang baru terlahir belum tahu kearah mana mereka harus dididik dan terdidik. Pada akhirnya sentuhan dari seorang pendidik dan pengajar adalah bentuk kesahajaan terhadap kekosongan bejana yang menanti diisi oleh materi berwujud pengetahuan.

Seberapa besar sentuhan itu akan memberikan arti untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Percetakan hidup yang dinaungi oleh lingkungan formal. Gerak kuasanya menciptakan lembaran kertas putih yang bertuliskan banyak karya didalamnya. Mencetak ribuan nilai yang hidup dan berjalan bersamaan dengan pergerakan semesta raya. Sepercik saja cahaya yang diberikan melalui kehangatan tutur sapanya memberikan goresan tinta emas. Junjung tinggi kehidupan mereka para pengemban tugas suci dan mulia. Meskipun fenomena yang terjadi saat ini mereka masih saja dibenturkan dengan konflik kepentingan semata.

Idealisme dengan anggun ditanamkan dalam diri setiap generasi penerus bangsa. Para penggenggam kehidupan bangsa ini terus diberikan pupuk agar tetap bertumbuh hidup dan memberikan buah untuk kehidupannya itu sendiri dan masyarakat secara luas. Sementara lain waktu, akan ada sisi mereka yang disentuh dengan keinginan untuk menyampaikan tutur pengajar secara turun temurun untuk anak cucunya bahkan beranak pinak. Dalam garis bilangan Fibonacci mereka akan membuahkan sebuah piramida raksasa dengan satu puncak diatasnya mahaguru yang sangat hebat yang telah membagikan keilmuan itu secara berkesinambungan. Bayangkan saja bila seorang pengajar dan pendidik melahirkan pengajar-pengajar lainnya? Lalu dimana posisi si pengajar yang sebelum-sebelumnya? Puncaknya adalah kemuliaan bagi mereka yang berpengetahuan luas, tulus dan tanpa pamrih. Bisa jadi mereka tidak menempati piramida posisi tersebut melainkan berada pada deret tunggal disekitaran Fibonacci tersebut. Tetap berada pada susunan nilai yang sama dari waktu ke waktu. Perspektif lain dari kehidupan seorang pengajar dan pendidik. Nalar yang diluar nalar, dimana sesuatu yang dibagikan justru memiliki beranak pinak menjadi banyak bahkan satu pengajar dikuadratkan lagi dalam sebuah kuadran jendela manusia.

Belum lagi dengan analogi dimana satu piramida ini masih harus menelurkan piramida lagi dalam bentuk pohon faktor yang lebih luas. Ditambah akal pikir akan semakin merasa tak logis dengan sesuatu yang dibagikan justru semakin banyak hasilnya. Tidak berkurang malah semakin bertambah. Jadi, jangan lagi-lagi semuanya harus dipikirkan dengan logika. Bisa jadi apapun yang disampaikan melalui pesan sederhana ini bukan melalui proses penalaran para pemangku kepentingan diri.

Membagikan ilmu sama halnya dengan memperpanjang indra manusia untuk terus berada didunia. Misal saja, jika seorang ibu mengajarkan anaknya untuk mengaji, maka ilmu tersebut akan terus hidup jika dipergunakan sebagaimana mestinya. Lalu bagaimana jika tidak dipergunakan? Apakah ilmu itu akan berhenti sampai disitu saja. Entah pada bagian lembaran kehidupan yang mana, ilmu itu akan keluar lagi melalui proses konversi dari materi yang sama. Apapun yang sudah ditanamkan dalam jiwa akan terus terekam dan secara psikologis memori dapat recall/memanggil kembali. Perpanjangan tangannya pada generasi penerus selanjutnya akan membuahkan banyak hasil pada bidang yang berbeda-beda. Mereka adalah manifestasi harta berwujud nyata.

Sudah semestinya dharma bakti tertinggi seorang murid bukan hanya untuk bayar iuran SPP, mengerjakan PR, memberikan hadiah. Wujud bakti tertinggi seorang murid adalah menjadikan ilmu pengetahuan yang dimiliki menjadi sebuah pilar kokoh yang menguatkan sendi kehidupan mereka. Menyajikan ilmu itu untuk menghadapi segala realita yang ada. Ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh tutur pengajar dan pendidik ditancapkan sebagai tiang pancang hingga ke dasar. Semakin tinggi kedudukan, harkat dan martabatnya semakin dalam pula tiang pancang itu tertancap menuju dasar. Hingga tidak ada lagi alih-alih pengajar dan murid itu hanya sebatas hubungan transaksional lingkungan formal yang disebut sekolah. Dari paparan diatas, pantaskah kita memperlakukan seorang pengajar sebatas orang yang sedang bekerja dengan profesinya sebagai guru? Tataran ini sangat rendah untuk para murid yang menjalankan kewajiban saja yang dicanangkan oleh pemerintah tentang program pendidikan 12 tahun. Bukalah mata hati kita, pejamkan mata, kita tundukkan kepala! Bertanyalah pada nurani bukan logika! Sebagai manusia yang empurna dibekali oleh budi pekerti yang mulia menjadi manusia yang tak berbudi karena dibutakan oleh hawa nafsu dan kepentingan perut lainnya.

Mereka yang mengajar, lalu dibayar. Pembagian raport, beri hadiah itu sudah mewah? Sudah usai sampai disitu saja hubungannya? Ironis sekali jika kita masih memandang dari perspektif kehidupan yang sangat sempit. Sedangkan mereka mengajarkan kepada kita dalam sudut keluasan, kedalaman, ketinggian, kebesaran dan keagungannya sebagai manusia. Jangan sampai kita hanya menjadi seonggok daging busuk yang tak memiliki arti tanpa gerak jiwa dan nurani. Mulai dari waktu ini juga, sematkan nama-nama pengajar itu dalam jiwa. Kirimkan doa dan segala persembahan terbaik meski tak ada temu secara fisik. Berikan mereka kekuatan untuk terus menyampaikan pengajaran dan pendidikan meski sudah tertatih dan tergopoh-gopoh menjalani kehidupan yang sudah renta diujung senja. Menunggu tenggelamnya cakrawala menanti bintang bersinar menyinarinya lagi dalam kegelapan malam. Terima kasih pengajarku yang malang, meski tak dihargai tetap saja menyinari bumi.

 

Selamat Hari Guru Nasional

25 November 2020

***

https://youtu.be/S2OdZudVJa8

https://youtu.be/S2OdZudVJa8

Monday, 23 November 2020

Ruang Lingkup, Pengertian, dan Unsur Komunikasi (Belajar Komunikasi Itu Gampang)

RUANG LINGKUP KOMUNIKASI

Pernahkah kalian menyaksikan sepasang burung yang bertengger di atap rumah? Mereka saling berkicau dan bersahutan kesana kemari seakan sedang bertukar informasi. Pernah kalian menyaksikan seorang yang menekan saklar, lalu lampu tersebut menyala?

 Apakah itu termasuk dalam kajian komunikasi?

Sekali lagi, mari bersama kita pahami! Seperti dua contoh diatas, komunikasi antar hewan satu dengan yang lainnya dan hubungan arus listrik yang terjadi antara saklar dan lampu bukan menjadi kajian utama dari ilmu komunikasi. Secara sederhana, ilmu komunikasi itu sendiri membahas aspek kehidupan manusia yang cenderung dinamis terhadap segala realitas dan fenomena kehidupan. Konteks komunikasi antar manusia membahas segala hal mulai dari aspek yang terlihat maupun yang tidak dapat terlihat oleh mata.

 

PENGERTIAN KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi banyak mengadopsi disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi,antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika dll. Para pakar bidang keilmuan tersebut memberikan definisi yang berbeda-beda terhadap komunikasi itu sendiri.

 

Para pakar ahli filsafat memberi pengertian atau definisi dengan menekankan aspek arti (meaning) dan signifikansi pesan. Kalangan psikolog melihat hubungan sebab akibat dari komunikasi dalam hubungannya dengan individu. Para pakar sosiologi dan antropologi melihat bagaimana komunikasi digunakan dalam konteks budaya dan masyarakat. Para pakar ilmu politik melihat komunikasi dalam kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkannya terhadap masalah-masalah pemerintahan. Para insinyur elektronikan melihat bagaimana metode mengirim pesan-pesan melalui arus listrik.

 

  1. Carl I. Hovland mempelajari komunikasi dalam hubungannya dengan perubahan sikap manusia.
  2. I Charles E. Osgood mempelajari studi empirik tentang arti pesan
  3. Paul L.Lazarfield mempelajari komunikasi pribadi (personal) kaitannya dengan komunikasi massa.
  4. L. Festinger, Elihu Katz, Mc.Guire mempelajari teori ketidakcocokan (dissonance theory), teori konsistensi dan faktor-faktor psikologis lainnya yang erat hubungannya dengan komunikasi.
  5. Ithiel de Sola Pool, Deutsch, Davidson dll mempelajari teori komunikasi internasional.
  6. Newcomb, Asch, Muzafir, Sherif, Leavitt, Baveas, mempelajari proses kelompok dalam kaitannya dengann komunikasi
  7. GA Miller, Colling Cherry menerapkan teori matematika dari Claude E. Shannon dan Warron Weaver terhadap persoalan-persoalan komunikasi antar manusia.
  8. B. Barelson, O Hosti mempelajari analisa isi pesan (content analysis)
  9. Miller mempelajari teori sistem
  10. Carter mempelajari studi orientasi
  11. N. Chomsky mempelajari komunikasi dari segi bahasa
  12. M.A May dan AA Lumsdaine mempelajari proses belajar melalui komunikasi massa

(Schramm, 1971)

Dikutip dari : Buku Pengantar Ilmu Komunikasi : 2014