Tuesday, 14 January 2014

ETNOSENTRISME DAN STEREOTIP ?

MASIH PERLUKAH ETNOSENTRISME DAN STEREOTIP?



Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi untuk proses pemenuhan kebutuhan hidup. Interaksi tersebut dapat diinterprestasikan dalam wujud komunikasi. Komunikasi akan berjalan lancar jika pelaku yang terlibat dalam komunikasi tersebut memiliki latar belakang budaya yang sama. Lalu bagaimana dengan yang berlatar belakang berbeda?

Indonesia adalah negara pluralistik. Bahkan semboyan negara Indonesia pun “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda – beda tetapi tetap satu jua. Indonesia dibentuk dari beragam suku budaya yang berbeda. Ada suku jawa, sunda, betawi, batak dan lain – lain.

Dalam realita kehidupan, komunikasi dilakukan dalam ruang lingkup keluarga. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu akan berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas atau jika dalam sosiologi sering disebut dengan istilah game stage. Dalam sosialisasi dengan masyarakat, tentu kita akan berjumpa dengan beragam suku budaya yang berbeda.


Diawal telah dijelaskan, komunikasi akan berjalan lancar dan efektif, apabila komunikasi dilakukan dengan latar belakang budaya yang sama. Contoh, seseorang yang berasal dari suku jawa, ketika diperantauan bertemu dengan seseorang yang berasal dari suku jawa juga, maka komunikasi akan berjalan efektif dan hubungan akan menjadi intens. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh field of experience (bidang pengalaman yang sama).

Bagaimana dengan komunikasi yang dilakukan dengan latar belakang budaya yang berbeda? Sebenarnya, komunikasi dan budaya memiliki korelasi yang sangat erat. Menurut Edward T. Hall, komunikasi adalah budaya, budaya adalah komunikasi. Memang, terkadang komunikasi antarbudaya terhambat karena adanya kebiasaan (habit), nilai dan norma yang tumbuh dalam suatu masyarakat tertentu. Komunikasi antarbudaya dapat dilakukan dengan efektif karena adanya sikap saling menghargai, toleransi, mengembangkan sikap heterogenitas (keberagaman masyarakat),keterbukaan (transparansi), dan pemahaman terhadap budaya lain. Selain itu, mengurangi sikap etnosentrisme dan stereotip.

Nah, apa itu etnosentrime dan stereotip. Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yg berpangkal pd masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dng sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Stereotip adalah menggeneralisasikan individu berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mendefinisikan stereotip sebagai persepsi atau kepercayaan yang kita naut mengenai kelompok – kelompok atau individu – individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk. Sedangkan menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus, stereotip adalah kepercayaan hampir selalu salah, bahwa semua anggota suatu kelompok tertentu memiliki ciri – ciri tertentu atau menunjukkan perilaku – perilaku tertentu. Kelompok yang dimaksud ialah kelompok ras, etnik, atau kategorisasi berdasakan penampilan fisik. Contoh stereotip yaitu : paradigma yang muncul dalam masyarakat yaitu orang jawa itu halus pembawaannya, orang padang itu pelit, orang batak kasar, laki – laki cenderung berpikir menggunakan logika, perempuan berpikir menggunakan perasaan dan lain – lain.

Masih perlukah etnosentrisme dan stereotip dalam proses komunikasi? Stereotip dan etnosentrisme memang lebih berorientasi pada suatu hal yang negatif, namun selama sikap etnosentrisme dan stereotip tersebut hanya sebatas untuk dipahami dan bukan untuk diimplementasikan dalam realita kehidupan maka proses komunikasi akan berjalan dengan lancar dan efektif, meskipun terkadang terkendala karena adanya kesulitan dan keterbatasan bahasa.

Pentingnya komunikasi antarbudaya ini dapat menimbulkan suatu difusi inovasi, yang berarti usaha mengampanyekan penemuan – penemuan baru untuk diterima oleh masyarakat. Berkaitan dengan pemakaian unsur budaya dalam proses komunikasi, dikenal dua prinsip yaitu Homofili dan heterofili. Homifili adalah Homofili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dan lain-lain, antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi.Heterofili adalah interaksi yang dilakukan individu dengan meninjau pada perbedaan dalam suatu proses penemuan informasi baru.



Saya memiliki sebuah lelucon mengenai perbedaan bahasa dalam komunikasi antarbudaya dan stereotip serta etnosentrisme.
Ada sepasang kekasih. Mereka berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. 

    Wanita berasal dari Suku Sunda dan Pria berasal dari Bali. Suatu hari, mereka menemui orang tua mereka. Setelah berbincang lama, sang ibu bertanya, “dek, si adek teh asalna mana kitu nya?”. 

    Dengan sedikit bingung, si pria menjawab “Hmm ... Bali, bu. Nama saya saja I Gede Suardika”. 

Si ibu hanya menjawab “Oh”.
Lalu bergegas ia menemui anaknya,”neng, kadieu heula! (kesini dulu)”.

“Naon atuh si ibu teh?”. (Ada apa ibu?)

“Heh, meneh teh teu salah gitu? eta kabogoh maneh?” (Kamu enggak salah, dia pacar kamu?)

“Iya, kunaon atuh?” (Iya, kenapa?)

“Ibu teh teu setuju. Neng, si Mamat geu suka sama eneng. Ibu lebih setuju kalo kamu sama Mamat, apalagi dia sama – sama urang sunda, neng!”

Dengan santai dan tersenyum,
“Ibu, ieu teh masalah perasaan lain masalah suku, bu. Lamun, si ibu setuju abdi jeung Mamat, kunaon atuh ibu teu setuju mun abdi jeung I gede Suardika?” ( Ibu, ini masalah perasaan, bukan masalah suku. Kalo ibu setuju sama Mamat, kenapa ibu enggak setuju kalo saya sama I Gede Suardika?).

“Teu lah! Ibu teu setuju!” (Enggak, ibu enggak setuju).
“Mun ibu teu setuju mah, mending si Mamat bae nikah jeung I Gede Suardika? Jadi kalo mereka punya anak namanya I GEDE AMAT” (Kalo ibu enggak setuju, lebih baik si Mamat aja yang suruh nikah sama I Gede Suardika. Jadi kalo punya anak, namanya I GEDE AMAT ).


***


Sunday, 12 January 2014

GORESAN PENA

GORESAN PENAKU




Sahabat, tentu kita sering mendengar istilah pena. Pena adalah alat yang digunakan untuk menulis dengan tinta, biasanya dibuat dari baja yang runcing. Namun, penggunaan kata tersebut sesuai dengan implementasi terhadap kata yang akan digunakan. Saya sering mengkaitkan kata pena ini dengan tulisan – tulisan saya. Hasil karya tulis tersebut sering saya sebut “GORESAN PENA”.


Www.sripatmi.blogspot.com merupakan suatu wadah untuk menyalurkan ide – ide yang ada dalam pemikiran saya. Blog tersebut baru saja saya buat awal tahun 2013, karena blog lama (www.masterpieceofsrievadmy.blogspot.com ) terblokir.


Di blog tersebut, semua dasar pemikiran tertuang dalam sebuah goresan pena. Meskipun tulisan – tulisan tersebut tidak ditulis menggunakan pena ( hehehehehe). Meskipun tulisan – tulisan saya tak seindah rangkaian kata Khalil Gibran dan top author lainnya, saya berharap semoga goresan pena saya dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi para sahabat.


Sebagai manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan, saya juga mengharapkan partisipasi para sahabat untuk selalu memberikan kontribusi terhadap tulisan – tulisan saya, baik kritik dan saran serta ide – ide untuk selangkah lebih maju.


Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca goresan pena saya. Semoga Tuhan selalu memberkati dan melimpahkan kasih sayang sahabat – sahabat saya. Aamiin. :)



*****

Pahlawan Tak Dikenal

PAHLAWAN  TAK DIKENAL





Penat dan jenuh, itulah yang kurasakan saat ini. Berangkat kerja pagi, pulang malam. Itulah rutinitas yang harus ku jalani setiap hari. Akhirnya kuputuskan pekan ini untuk berlibur dan mencari suasana liburan yang baru di Museum Kota Tua Jakarta. Rasanya tak sabar menanti hari esok. Bangun pagi, bergegas aku mandi dan bersiap – siap untuk menikmati liburan hari ini. “Semangat .. semangat ... semangat ...” Itulahkata – kata yang ku ucapkan untuk menyemangati diriku sendiri.

Setibanya di stasiun kota, aku berjalan perlahan sambil memandangi bangunan tua disekitar jalan. Bangunan itu nampak berdiri kokoh. Aku membeli tiket masuk, disepanjang antrean tersebut, ku pandangi orang – orang disekitar ku. Hati kecilku berkata “mengapa disepanjang antrean ini, hanya orang dewasa dan orang lanjut usia yang mendatangi tempat ini?”. Aku mengelilingi bangunan kota tua tersebut dan sesekali membidik foto benda – benda bersejarah. Mulai dari foto – foto perjuangan para pahlawan Indonesia sampai dengan penjara bawah tanah yang diperuntukkan bagi pejuang bangsa Indonesia. Penjara itu sangat sempit dan memiliki bau tak sedap. Tak dapat kubayangkan jika aku hidup dikala itu. Betapa berat perjuangan para pahlawan Indonesia untuk mengibarkan sang saka merah putih dan mendapatkan satu kata yang mutlak yaitu “MERDEKA”.Penjara itu merupakan saksi bisu perjuangan para pahlawan.

Sejenak aku beristirahat dibawah pohon rindang sambil ku review  foto – foto yang berhasil kubidik. Kupandangi orang – orang disekitarku, tak lama kemudian pandanganku terpusat pada salah seorang kakek tua yang sedang duduk disudut bangunan kota tua sambil menangis.

Ku hampiri kakek itu, “ Kek, bolehkah saya duduk disamping kakek?”.
Kakek itu berusaha menghapus air matanya. “iya nak, silahkan duduk” jawab kakek itu dengan penuh kelembutan.

“Kakek, mengapa kakek menangis? Maaf kalo saya lancang, siapa tahu saya bisa membantu kakek”.

Kakek itu tertunduk dan menangis. “Kek, maaf saya tidak bermaksud membangkitkan kesedihan kakek”.

“Tidak nak, kakek tidak bersedih dan menangis karena pertanyaanmu tadi” sambil memegang pundakku.

“Kakek hanya merasa bersedih, tepat pada tanggal ini, 68 tahun yang lalu kakek berjuang demi berkibarnya sang saka merah putih dicakrawala sampai titik darah terakhir”.

“Lalu mengapa kakek bersedih dan menangis disini?”.



“Kesediahan kakek bukan karena kakek menyesali perjuangan kakek kala itu, kesedihan kakek karena melihat fenomena yang terjadi saat ini. Para generasi muda saat ini yang kurang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme. Padahal generasi muda adalah titian pembangunan bangsa. Banyak sekali generasi muda yang terlalu acuh dan mudah sekali mengabaikan sejarah perjuangan bangsa ini. Bukankah mereka pernah mendengar kata – kata dari bapak proklamator, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya?Jika dulu perjuangan kakek dengan bersenjatakan bambu runcing dan melawan penjajah. Generasi muda saat ini mengemban tugas yang berat, bukan penjajah yang harus diperangi, mereka tidak harus bersenjatakan bambu runcing lagi. Generasi muda saat ini sedang perang pikiran. Kalian jangan mudah mengabaikan segala sesuatu yang baik untuk masa depan kalian, kalian harus pandai menyeleksi dan berpikir panjang. Segala permasalahan dapat diselesaikan dengan solusi jangka panjang bukan dengan arogansi. Kakek sangat prihatin melihat fenomena yang terjadi saat ini. Masa depan bangsa ini ada ditangan generasi muda, nak. Bangunlah bangsa ini dengan landasan moral yang baik dan nilai – nilai luhur yang tertanam sejak usia dini. Bukankah kemerdekaan itu diperoleh dengan perjuangan dan tumpah darah para pahlawan? Tak selayaknya perjuangan itu diabaikan. Tak selayaknya kemerdekaan itu diisi dengan bermalas – malasan untuk membangun bangsa ini. Nak, ini tugas yang berat, sanggupkah kalian mempertahankan kemerdekaan dan mengemban tugas itu? Perjuangan kalian adalah melawan bangsa kalian sendiri”.


Kutertegun mendengarkan nasihat kakek itu, sejenak kupandang kerutan di wajah kakek berusia sekitar 90 tahun itu. Tangannya yang dulu kokoh memegang bambu runcing dan suaranya yang lantang mengucapkan kata “MERDEKA”, kini tangannya telah lemah dan gemetar, suaranya terdengar lirih. 

Aku menunduk dan menangis, Apakah aku seperti generasi muda yang diharapkan kakek itu? Apakah aku mudah mengabaikan segala sesuatu yang baik yang datang padaku?.

“Kakek, aaaa kuuu.. kek .. kakek.. kakek dimana?”

Seketika kakek itu lenyap.

“Kakek .. kakek .. kakek dimana?”.
Padahal aku masih ingin berbincang dengan kakek itu.

Muncul dalam benak dan pikiranku “apakah kakek itu pahlawan tak dikenal ?

******


Literasi Media

LITERASI MEDIA, APAKAH BERBAHAYA?




Literasi media. Sahabat tercinta, tentu kalian sering mendengar istilah literasi media? Istilah itu mungkin sudah tak asing lagi untuk kita dengar. Mungkin kita sering mengucapkan istilah itu? Namun, apakah para sahabat mengetahui apa itu literasi media? Baiklah, disini saya akan sedikit mengulas mengenai hal tersebut. Literasi media merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses.

Media merupakan saluran penyampaian informasi. Literasi media erat kaitannya dengan suatu proses komunikasi. Sahabat, apa itu komunikasi? Seperti yang telah dibahas dalam artikel saya yang berjudul “Definisi Komunikasi”, komunikasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses transmisi informasi dengan maksud dan tujuan mengubah perilaku khalayak umum. Komunikasi terjadi karena adanya dorongan terhadap rasa ingin tahu, kebutuhan terhadap informasi dan pencapaian terhadap suatu tujuan.

Muncul sebuah pertanyaan, apakah literasi media berbahaya dalam suatu proses komunikasi? Komunikasi dan literasi media, nampaknya saya perlu membuat analogi bahwa komunikasi dan literasi media bagaikan hubungan antara langkah kaki kanan dan kiri yang berjalan beriring. Meskipun berbeda saat melangkah, namun memiliki maksud yang sama dalam mencapai suatu tujuan.



Everett M. Rogers (1986 ) dalam bukunya Communication Technology : The New Media In Society, antara lain menyebutkan bahwa komunikasi diperkirakan dimulai sejak sekitar 53.000 tahun sebelum Masehi. Pada zaman ini yang disebut sebagai zaman cro – magnon, diperkirakan bahasa sebagai alat berkomunikasi sudah dikenal. Tiga belas ribu tahun kemudian, atau sekitar 22.000 SM, para ahli pra-sejarah menemukan lukisan – lukisan dalam gua yang diperkirakan merupakan karya komunikasi manusia pada zaman itu. Sejarah perkembangan komunikasi lebih jelas ditelusuri sejak 4000 tahun sebelum masehi. 

Everett M. Rogers membagi era perkembangan komunikasi tersebut menjadi empat yaitu :

1.   Era komunikasi tulisan
Empat ribu tahun sebelum masehi, Bangsa Sumeria menulis dalam lembaran tanah liat. Pada tahun 1041, Pi Sheng di Cina, menemukan sejenis alat cetak buku yang sederhana.

2.   Era Komunikasi Cetakan
Ditandai adanya penemuan alat mesin cetak ( metal ), hand press oleh Guttenberg pada tahun 1456.

3.   Era Telekomunikasi
Perkembangan era ini ditandai dengan beberapa penemuan para ahli, seperti penemuan pesawat telepon oleh Alexander Graham Bell  pada tahun 1876 dan proses pengiriman pesan melalui alat telegrap yang pertama oleh Samuel Morse pada tahun 1844.

4.   Era Komunikasi Interaktif
Pada tahun 1946, penemuan mainframe computer, ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.
        
     Nah, sekarang kan tahun 2014, kini kita telah memasuki era komunikasi interaktif. Era komunikasi interaktif ini ditandai dengan pesatnya perkembangan media dan teknologi yang mutakhir. Perkembangan teknologi ini memberikan kontribusi yang besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara meluas. Salah satu contoh kecil, gadget. “Wah, siapa yang enggak punya gadget? Mungkin para sahabat punya gadget semua ya? Bahkan, ada yang memiliki lebih dari satu gadget dalam genggaman tangannya. Wow.. amazing!!”
        


        Gadget merupakan salah satu media penyampai informasi yang memiliki daya tarik tersendiri dibanding media komunikasi lain seperti the big five mass medium : televisi, majalah, koran, radio dan film serta internet. Mengapa gadget memiliki daya tarik tersendiri? Karena bentuknya yang kecil dan portable atau mudah dibawa kemana – mana. Selain itu, gadget memiliki kelebihan dan keistimewaan berupa spesifikasi yang lebih lengkap dan canggih dalam proses penyampaian informasi. Gadget menyediakan fitur yang menarik selain untuk telepon dan menerima pesan ( SMS ) saja, yaitu social media, contoh: we chat, facebook, instagram, twitter, yahoo messanger, whats app, skype, line, blackberry messenger ( bbm ), path, kakao talk dan lain – lain. Pada zaman perkembangan teknologi ini, siapa yang tidak memiliki social media? Mayoritas, memiliki social media. Kendatipun ada yang tidak memiliki yang tersebut diatas, minimal mempunyai email, betul kan?
     
      Perkembangan teknologi di era komunikasi interaktif inilah yang menjadi faktor pendorong terhadap kemampuan menganalisa, memahami dan mendekonstruksi media atau literasi media. Literasi media sering disebut dengan istilah melek ( sadar ) media.
   
     Ada yang berasumsi, “saya tak perlu memiliki social media, karena hal tersebut lebih banyak kemudaratannya ( bahaya )”. Baiklah, setiap individu berhak memiliki asumsi dan penilaian terhadap suatu objek dan kita harus menghargai perbedaan persepsi tersebut.

        Perkembangan teknologi dan implikasinya terhadap aspek kehidupan. Hal ini dapat dianalogikan bagaikan dua sisi mata uang. Segala hasil karya cipta manusia akan memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak positif literasi media terhadap perkembangan teknologi yaitu sebagai berikut :
a.   Dapat membantu memaksimalkan kinerja manusia.
b.   Mempermudah dan mempercepat akses informasi.
c.   Proses penyampaian pesan dengan interval waktu yang sangat singkat dan cepat.
d.   Teknologi membantu jangkauan komunikasi yang lebih luas.
e.   Komunikasi dapat dilakukan lintas negara tanpa batasan ruang dan waktu.
f.    Proses modernisasi dan globalisasi teknologi yang semakin canggih.
g.   Memungkinkan terjadinya akulturasi kebudayaan.

Nah, bagaikan dua sisi mata uang, literasi media terhadap perkembangan teknologi dalam proses komunikasi juga memiliki dampak negatif, yaitu sebagai berikut :
a.   Adanya perubahan sosial yang cenderung lebih mengarah pada individualisme. Salah satu contoh kecil, jika pada zaman dahulu anak – anak diajarkan untuk mengenal permainan yang berorientasi pada kebersamaan dan kerja sama, mari kita lihat di era perkembangan teknologi ini, anak –anak semakin sibuk dengan dunia games online pada masing – masing gadget mereka.
b.   Pembentukkan sikap yang lebih mengacu pada individualistik.
c.   Proses perubahan perilaku ( behaviour ) yang signifikan.
d.   Mulai terjadi pendegradasian ( pengikisan ) terhadap nilai – nilai warisan budaya.
e.   Karena adanya kebebasan tanpa batas, terjadi kesulitan dalam melakukan kontrol terhadap pola perkembangan anak.
f.    Memungkinkan terjadinya plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
g.   Memungkinkan terjadinya suatu tindakan kriminal dengan inovasi modus yang berbeda. Contoh : tindak penipuan online shop dan lain – lain.


Setelah sedikit mengulas dampak positif dan negatif tersebut, Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak tersebut, yaitu :
Ø  Bersifat terbuka dan transparan, namun tetap selektif dalam proses penerimaan informasi.
Ø  Adanya filterisasi ( penyaringan ) terhadap nilai – nilai yang masuk ke dalam aspek kehidupan.
Ø  Menentukan sikap terhadap informasi yang diterima.
Ø  Adanya controlling dan monitoring dengan pendekatan yang bersahabat kepada anak – anak.
Ø  Berlaku arif dan bijak.

Implikasi tersebut bersifat relatif, dalam perspektif pemanfaatan perkembangan teknologi, diibaratkan seperti penggunaan pisau. Jika kita menggunakan pisau itu untuk hal yang bermanfaat, maka akan berfaedah, begitupun sebaliknya.

Literasi media, mampu membuka mata masyarakat Indonesia terhadap perubahan dunia ...


***

Komunikasi Menurut Para Ahli

DEFINISI KOMUNIKASI



Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lain. Ibnu Arabi menyimpulkan bahwa manusia adalah manusia yang serba mencakup, untuk merujuk kepada manusia yang sempurna ( insan kamil). Manusia merupakan totalitas penciptaan Tuhan. Sedangkan makhluk yang lain merupakan subtotal penciptaan Tuhan. Hubungan manusia dan Tuhan erat kaitannya dengan teori kosmos atau alam semesta. Alam semesta merupakan bagian dari kosmos itu yang disebut makrokosmos, manusia adalah mikrokosmos dan Tuhan adalah metakosmos.

Dalam realita kehidupan, manusia merupakan makhluk yang lemah, meskipun makhluk yang diciptakan dengan proses penciptaan paling sempurna. Manusia membutuhkan bantuan dalam proses pemenuhan segala aspek kehidupan. Kita sering mengungkapkan istilah ini, yaitu manusia adalah makhluk sosial. Pemenuhan kebutuhan itu bukan hanya dipandang dalam perspektif ekonomi, melainkan pada aspek yang lain, seperti aspek sosial dan budaya. Manusia memerlukan sebuah interaksi dalam kehidupannya. Interaksi ini erat kaitannya dengan proses komunikasi.

Komunikasi? Sahabat, apa yang anda tahu  mengenai komunikasi? Berikut saya akan membahas tentang beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa ahli :

1.      Bernard Berelson
Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol – simbol, kata – kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut sebagai komunikasi.

2.      Gode ( 1959 )
Komunikasi adalah suatu proses membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

3.      Barnlund (1964)
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan – kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

4.      Weaver (1949)
Komunikasi adalah suatu prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.

5.      Ruesch ( 1957 )
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.

6.      Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

7.      Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

8.      Theodore M. Newcomb
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dan sumber kepada penerima”.

9.      Carl I. Houland
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang – lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

10.  Raymond S. Ross
Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol – simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

11.  Mary B. Cassata dan Molfi K. Asante
Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.

12.  John R. Wenburg dan William W. Wilmot
Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.

13.  Donald Byker dan Laren J. Anderson
Komunikasi (manusia ) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.

14.  William I. Gorden
Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.

15.  Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna

16.  Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
Komunikasi adalah suatu proses pembentukkan makna diantara dua orang atau lebih.

17.  David K. Ivy
Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna.

18.  Karl Erik Rosengren
Komunikasi adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol – simbol.

19.  Andersen ( 1959 )
Komunikasi adalah suatu proses dimana kita mengerti orang lain dan kemudian berusaha untuk dimengerti oleh mereka. Ini dinamis, berubah secara konstan dan membagi respons untuk situasi yang total.

20.  Oliver, Zelka dan Holtzman (1962)
Komunikasi secara mendasar berarti stimulasi dalam pikiran orang lain yang beresensi pengetahuanmu, pengertian dan sense kejadian penting, perasaan, fakta, opini atau situasi yang kamu usahakan untuk digambarkan.

21.  Emery, Ault dan Agee ( 1963 )
Komunikasi diantara manusia adalah seni menyampaikan informasi, ide dan tingkah laku dari satu orang ke orang lain.

22.  Lewis (1963 )
Komunikasi adalah proses dimana seseorang mengurangi ketidakpastian mengenai penyimpangan dengan mendeteksi isyarat yang diberikan padanya agar menjadi relevan terhadap penyimpangan tersebut.

23.  Gerbner ( 1966 )
Komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.

24.  Dance ( 1967 )
Komunikasi manusia adalah mendapatkan respons melalui simbol – simbol verbal.

25.  Martin dan Anderson (1968 )
Komunikasi tidak dapat dimengerti kecuali sebagai proses dinamis dimana pendengar dan pembicara, pembaca dan penulis bertindak secara timbal balik, pembicara bertindak memberikan sensor stimulus pendengar secara langsung dan tidak langsung; pendengar bertindak memberikan stimulus dengan menerimanya, menyimpannya dengan arti memanggil image, kemudian menguji image tersebut melawan informasi yang disampaikan dan perasaan dan cepat atau lambat bertindak atas image tersebut.

26.  Goyer ( 1970 )
Komunikasi adalah berbagi pengalaman, dapat diamati sebagai penelitian dimana respons penggerak dan penerima ( keduanya penting dalam organisasi ) berhubungan dengan sistematis untuk referensi stimulus.

27.  Hawes ( 1973 )
Komunikasi adalah tingkah laku yang sudah terpola dengan referensi simbol.

28.  Alfred Korzybski
Kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” (time – binder).

29.  Edward T. Hall
Komunikasi adalah budaya, budaya adalah komunikasi.

30.  Harold Lasswell
“(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.

***


Bibliografi  :
Mulyana, Deddy. Iimu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008
Ardianto, Elvinaro dkk. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007
Sendjaja, Djuarsa dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka. 2011